Pahami Persoalan Anak-anak Miskin untuk Tingkatkan Akses Pendidikannya

- Senin, 30 Januari 2023 | 11:27 WIB
foto ilustrasi  (sh)
foto ilustrasi (sh)

JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Akses terhadap Pendidikan berkualitas, mulai dari jenjang Pendidikan usia dini sampai usia sekolah, masih menjadi persoalan yang “persisten” di Indonesia. Hasil Kajian Asa Dewantara menunjukkan masih banyak anak-anak Indonesia, khususnya yang tinggal di pedesaan dan wilayah luar pulau jawa, yang belum mendapatkan hak dasar tersebut karena kesenjangan atau ketidak merataan akses Pendidikan.

 

“Masalah ini perlu diatasi melalui pendekatan sistemik dengan memahami beragam persoalan yang dihadapi anak-anak miskin dalam mengakses Pendidikan agar solusinya bisa dirumuskan secara tepat,” kata Dr. Abdul Malik Gismar, Direktur Eksekutif Asa Dewantara.

 

Asa Dewantara merupakan lembaga independen nirlaba yang didedikasikan untuk meningkatkan akses terhadap Pendidikan berkualitas melalui kajian/penelitian, advokasi kebijakan, peningkatan kapasitas pemangku kepentingan, serta pengembangan kemitraan lintas sektor.

Baca Juga: Tentang modus penipuan baru yang menjebak korban seolah mengirim kartu undangan

Lembaga ini pada akhir tahun 2022 melakukan kajian terhadap beragam persoalan Pendidikan yang dihadapi anak-anak miskin dengan mengolah dan menganalisis laporan survey nasional, yakni Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun 2021, Potensi Desa Tahun 2021, Neraca Pendidikan Daerah Tahun 2021 dan laporan lainnya. Malik menyatakan, jika dilihat dari katagori status ekonominya, tingkat Pendidikan tertinggi yang bisa ditamatkan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas di kelompok “Paling miskin” (kuintil 1) dan “Rentan miskin” (kuintil 2) yang menjadi fokus kajian ini adalah SD.

 

Prosentase penduduk berusia 15 tahun ke atas di dua kelompok ini makin rendah di jenjang Pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Artinya, banyak anak-anak miskin yang berguguran dan tidak bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya setelah lulus SD. “Bahkan, bisa dikatakan hampir tidak ada kelompok “Paling miskin” yang bisa menamatkan perguruan tinggi karena prosentasenya hanya 3,02, sementara kelompok “Rentan miskin” hanya 4,74%. Kesenjangan ini terlihat manakala kita membandingkam dengan kelompok “Paling Kaya” yang prosentasenya mencapai 24,31%.” katanya.

 

Peneliti senior dan analis kenijakan publik ini menyatakan bahwa persoalan kesenjangan akses Pendidikan sudah ditemukan pada jenjang Pendidikan anak usia dini (0 - 6 tahun). Hasil kajian Asa Dewantara menunjukkan bahwa 14,94% (12.560) desa di Indonesia tidak memiliki akses ke semua jenis PAUD (PAUD, TK, RA/BA). Pada tahun 2021, hanya 40,17% (7.62 juta) dari total anak berusia 3 - 6 tahun yang terdaftar di PAUD. Dari 59,83% (11.35 juta) anak-anak yang tidak terdaftar di PAUD tersebut, 57,5% diantaranya tinggal di perdesaan.

Baca Juga: Pongki Barata Rilis Karya Terbarunya Bertajuk Hati Yang Terang

Selain persoalan tersebut, beberapa persoalan terkait kesehatan juga berkontribusi terhadap perkembangan dan keberlanjutan Pendidikan anak-anak, yakni bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) dan gizi buruk yang ditandai dengan Kwashiorkor (kekurangan/ketiadaan asupan protein) dan Marasmus (kekurangan asupan energi dan protein) Kesenjangan juga terjadi di jenjang anak usia sekolah (7-18 tahun).

 

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kreatifitas di Dunia Digital adalah Kunci.

Senin, 27 Maret 2023 | 20:51 WIB

Begini Kiat Aman Berdonasi di Platform Digital

Senin, 27 Maret 2023 | 17:02 WIB
X