“Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk melindungi kesehatan anak-anak dari bahaya senyawa kimia BPA yang banyak ditemukan di kemasan-kemasan plastik,” katanya.
Sejauh ini, sudah ada lebih dari 130 studi yang melaporkan efek berbahaya dari BPA. Beberapa diantaranya menyebabkan kanker payudara, pubertas dini, penyakit jantung, infertilitas, katalisator penyakit saraf, dan obesitas, serta gangguan hormon dan perubahan perilaku pada anak.
Indonesia disarankan untuk melihat tindakan sigap negara lain untuk melindungi warganya. “Jepang sudah meninggalkan plastik BPA dan beralih 100 persen ke plastik PET untuk kebutuhan kemasan di negeri itu,’ kata Prof. Mochamad Chalid, pengajar dan peneliti pada Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, belum lama ini.
Chalid baru saja mengikuti workshop di Tokyo, Jepang, tentang penggunaan plastik berbahan polyethylene terephthalate atau disingkat PET. Plastik PET dikenal relatif aman dan saat ini semua industri AMDK di Indonesia menggunakan plastik PET untuk kemasan botol.
Berdasarkan data pada 2021, total pendapatan pasar air minum dalam kemasan di Indonesia mencapai 10,51 miliar dolar AS atau ekuivalen dengan Rp149,9 triliun. Artinya, bisnis AMDK memang sangat menggiurkan. Statista 2022 mencatat pasar AMDK bahkan akan terus bertumbuh rata-rata sebesar 5,53% per tahun hingga 2026.***