JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) diyakini belum akan mengumumkan calon presiden mereka dalam waktu dekat. Meskipun, banyak pihak menunggu langkah politik KIB.
"Kalau konsisten dengan komitmen awalnya, KIB tidak akan buru-buru menetapkan capres," kata Direktur Indonesian Politics Research & Consulting Firman Manan, Jumat (3/2).
Adapun KIB yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan, akan melakukan pertemuan di akhir minggu ini. Dikatakan, seperti juga koalisi lainnya, KIB menunggu arah dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Presiden Joko Widodo.
"KIB sepertinya tetap menunggu sinyal dari PDIP dan arahan Jokowi. Karena sejauh ini, masih bersikap loyal sebagai anggota koalisi pendukung pemerintah," ujarnya.
Apalagi untuk capres, KIB justru kelihatannya yang paling cair, belum mengerucut ke kandidat tertentu. Saat ini, koalisi Partai NasDem-Partai Demokrat-Partai Keadilan Sejahtera bersepakat untuk mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
Kemudian Poros Perubahan yang terdiri dari Partai Gerindra-Partai Kebangkitan Bangsa disebut-sebut akan mengumumkan capres bulan depan. "Semua masih menunggu PDIP bergerak," tandasnya.
Ditunggu
Sehingga, keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, adalah yang paling ditunggu. Karena akan menentukan manuver dari partai-partai lain.
"Dan kemungkinan format koalisi. Termasuk potensi jumlah pasangan calon yang akan maju di pilpres," tegasnya.
KIB juga menunggu sinyal, sikap dan keputusan politik dari PDIP dan Jokowi. Terlebih, parpol anggota KIB memiliki capres masing-masing.
Sesuai musyawarah nasional, Golkar mengusung Ketum Airlangga Hartarto sebagai capres. Lalu, PAN dan PPP, meski mendorong ketum mereka menjadi capres, namun menunjukkan dukungan pada Erick Thohir dan Sandiaga Uno.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad mengungkapkan, Golkar akan mendapati beberapa pilihan dalam Pilpres 2024. Utamanya, seusai Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Kang Emil) dan mantan Gubernur Jawa Timur Soekarwo (Pakde Karwo) bergabung dalam partai berlambang pohon beringin itu.
Tantangan
Dalam konteks pilpres, lanjutnya, semakin banyak kepentingan, juga akan semakin banyak tantangan bagi Golkar. Yakni untuk memformulasikan agendanya dalam pilpres.
"Alternatif pertama, Golkar bisa mengajukan Airlangga sebagai capres dengan segala risiko dan keuntungannya. Kira-kira misalnya mencalonkan ketum harga mati, mau tidak mau harus Airlangga," ucapnya.
Golkar juga bisa mencoba alternatif lain dengan mengusung nama baru lewat mekanisme konvensi. Atau, Golkar mencari tokoh lain.