Kenapa Advokat Terkesan Banyak dari Suku Batak. (Bagian 3, terakhir)

- Selasa, 21 Februari 2023 | 07:20 WIB
Wina Armada Sukardi  (Dok Pribadi Wasa)
Wina Armada Sukardi (Dok Pribadi Wasa)

Oleh Wina Armada Sukardi, advokat dan pakar hukum pers.

JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,-  F. Tata Ruang Kerajaan. 

Dari penelusuran antropologis, di semua kerajaan Suku Batak, Radja mempunyai otoritas tertinggi dalam mengambil semua keputusan.

Meski demikian Radja dalam mengambil keputusan tetap harus setidaknya lebih dahulu mendengarkan hasil musyawarah yang ada. Sebagian proses musyawarah ini dalam prakteknya ternyata sudah seperti sebuah proses peradilan.

Dalam proses musyawarah atau proses yang mirip peradilan, inilah dalam suku Batak mulai muncul peran semacam profesi advokat. Pada prosesi ini para advokat sudah mulai dilibatkan. 

Adanya mekanisme ini membuat di banyak kerajaan suku Batak mempunyai pola ruangan yang sama. Pertama-pertama, rumah Radja di sisi kiri merupakan yang paling besar. Ke kanannya rumah-rumah kerabat.

Di bawah rumah-rumah kerabat inilah terdapat kolong untuk memelihara binatang. Selain itu ruang kolong rumah sekaligus dipakai untuk menempatkan para napi yang bakal “diadili” melalui proses peradilan atau musyawarah.

G. Susunan Ruang Peradilan. 

Di depan rumah salah satu kerabat terdapat semacam ruang pengadilan terbuka. Di ruangan inilah terjadi musyawarah terhadap orang telah dituduh melakukan kejahatan.
Dalam area ruang terbuka itu, susunannya mirip dalam ruang pengadilan modern.

Hanya saja jaman dahulu bangku-bangkunya tersebut masih terbuat dari batu. Sampai sekarang beberapa peninggalan ruang dan batu-batu tempat musyawarah atau pengadilan masih dapat ditemukan di beberapa sisa kerajaan di suku Batak.
Ruangan “musyawarah” atau pengadilan dibuat dalam bentuk arena berbentuk semi oval. 

Ruang musyawarah adat Suku Batak yang menyerupai ruang sidang pemgadilan. Bangku atau tempat duduk terdakwa yang lebih kecil. Sebaliknya bangku buat Sang Radja lebih besar. Batu  tempat terdakwa yang bersalah dan dihukum mati lewat cara penggal kepala.
Ruang musyawarah adat Suku Batak yang menyerupai ruang sidang pemgadilan. Bangku atau tempat duduk terdakwa yang lebih kecil. Sebaliknya bangku buat Sang Radja lebih besar. Batu tempat terdakwa yang bersalah dan dihukum mati lewat cara penggal kepala. (Wasa)

Di bagian paling depan terdapat bangku yang paling besar, itulah bangku untuk Sang Radja. Setelah itu di sisi kanan, ada bangku agak panjang. Itulah bangku untuk para anggota keluarga kerajaan.

Di sebelah kiri terdapat bangku-bangku untuk para pemangku spritual, seperti dukun dan sebagainya. 

Di tengah terdapat kursi kecil. Inilah kursi untuk orang yang dianggap melakukan kejahatan. Di tempat itulah mereka “diadili”
Nah di sebelah kiri para terdakwa tersebut terpada tempat duduk untuk “para pembela” yang mirip dengan peran advokat seperti sekarang. 

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Sekali Lagi Masih Soal A380 di Mata KFAI

Sabtu, 3 Juni 2023 | 21:31 WIB

Hira

Sabtu, 3 Juni 2023 | 10:38 WIB

Ketika Wina Menjadi Anak

Jumat, 2 Juni 2023 | 09:57 WIB

Masih Adakah Pancasila?

Jumat, 2 Juni 2023 | 09:54 WIB

Denny Indrayana: Bukan Nyanyian Kode

Jumat, 2 Juni 2023 | 07:50 WIB

Jokowisme

Kamis, 25 Mei 2023 | 15:19 WIB

Awas, JK Kuda Hitam Cawapresnya Anies Baswedan!

Selasa, 23 Mei 2023 | 13:48 WIB

Pakar Telematika: Kasus Korupsi di Kominfo

Jumat, 19 Mei 2023 | 20:51 WIB

Bercermin pada Garuda Muda

Jumat, 19 Mei 2023 | 11:41 WIB

Mahalnya Johnny Plate bagi Nasdem

Kamis, 18 Mei 2023 | 12:46 WIB
X