Algooth Putranto
Pecinta bola sejak balita dan Pengajar Ilmu Komunikasi Sekolah Pascasarjana Usahid Jakarta
Final Piala Dunia Sepakbola U20 yang dijadwalkan dimulai pada 20 Mei 2023 mulai panas. Bukan membicarakan siapa negara yang akan merebut Piala Dunia yang kini di tangan timnas Ukraina tetapi soal polemik kehadiran tim nasional sepak bola U20 Israel.
Jika sebelumnya hanya ormas dan tokoh kanan yang bicara lantang, tokoh di garis tengah macam Megawati Sukarnoputri pun ikut bicara dan diikuti para minion-nya. Bu Mega seperti biasa membawa sosok Bapaknya, Soekarno yang tegas soal Israel.
Tahun 1957, Bung Karno minta timnas Merah Putih undur diri karena harus menghadapi Israel di babak playoff Kualifikasi Piala Dunia 1958. Bung Karno, yang ditinggalkan Bung Hatta saat itu bernafsu menjadikan Indonesia sebagai pemain besar dunia.
Salah satu proyek mercusuarnya adalah Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung yang diikuti 29 negara. Tragisnya, setahun kemudian pecah Krisis Suez setelah Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser menasionalisasi Terusan Suez pada Juli 1956.
Konflik besar terjadi antara aliansi Mesir-Uni Soviet melawan Israel, Prancis dan Inggris. Indonesia sendiri berperan dalam proses perdamaian di Suez tersebut dengan menempatkan pasukan Garuda sebagai penjaga perdamaian. Meski gagal dalam invasinya ke Semenanjung Sinai, Israel pasca krisis Suez berhasil mendapatkan jaminan perlintasan kapal di Selat Tiran.
Memasuki tahun 1960-an, perpolitikan dan perekonomian di Indonesia berada di dalam bencana karena hutang mulai menggunung dan inflasi merambat naik, sementara investasi asing enggan masuk dan ekspor menurun signifikan.
Ketika rakyat lapar, lalu apa yang dijual Soekarno? Tentu saja proyek mercusuar dan politiknya. Kali ini Republik Indonesia yang berusia 17 tahun menghelat Asian Games IV tahun 1962. Hanya 17 negara yang terlibat dalam kegiatan yang dihelat sepekan setelah HUT Indonesia tahun itu.
Repotnya, salah satu peserta Asian Games adalah Israel! Secara geografis Israel yang mencaplok wilayah permukiman Palestina ya terletak di Timur Tengah. Sudah begitu, dari peserta KAA 1955, Palestina masih jadi bangsa yang paria.
Nah yang makin bikin mumet Ketua Komite Asian Games saat itu, Sri Sultan Hamengkubuwana IX adalah poros Jakarta-Peking-Pyongyang yang meradang karena keikutsertaan Republik China alias Taiwan dan Korea Selatan (Korsel).
Soal kontingen Korsel tak terlalu repot karena Kim Il-sung mudah dijinakkan Soekarno, urusan Jakarta dan Seoul belum memiliki hubungan diplomatik hal gampang dicari solusinya. Nah soal Israel dan Taiwan ini yang pelik. Negara Arab dan Republik Rakyat China meradang.
Pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan tidak memberi visa kepada atlet kedua negara. Konsekuensinya Indonesia harus bayar denda ke Komite Olimpiade Internasional (IOC). Jumlahnya jelas tidak kecil, tapi rezim Soekarno pilih bergeming.
Nah bicara soal sepak bola, khususnya timnas Israel prestasi mereka cukup lumayan: Juara Yunior Asia tahun 1967 dan Juara Piala Asia 1970, dengan catatan beberapa rival mereka yang bersimpati pada Palestina menolak bertarung alias mengalah.
Kisah Zilberman