Semiotika Pariatmojo Pelukis Buta

- Selasa, 14 September 2021 | 10:35 WIB
Eka Budianta (Foto Doc Pribadi)
Eka Budianta (Foto Doc Pribadi)

Oleh Eka Budianta.

JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com, -Pariatmojo lahir 28 Mei 1966 mengalami  gegar otak 1994 dan menjadi buta 1 Mei 2009,  menjelang umur 43 tahun. Selama 7 tahun ia mengurung diri, tetapi pada 2016 ia  memutuskan menjadi  pelukis

Maklum, ia pernah belajar interior desainer di  ISI Institut Seni Yogyakarta, dan memang  gemar menulis. Sebelum buta lukisannya  surealis, berkualitas, membuktikan bakatnya  yang  luarbiasa.

Contohnya Pari melukis kuda berkepala  manusia. Kuda itu berlari kencang, ingin tahu  apakah neraka ada atau tidak? Setelah tahu  bahwa neraka itu ada, ia ingin balik ke dunia.   

Itulah yang terlukis pada ekspresi kepalanya  yang berwujut seorang wanita. Lukisan  surealis ini dikerjakan dengan halus,  menggabungkan fisik hewan dan manusia  dengan tehnik yang meyakinkan.

Jadi, bisa dibayangkan bagaimana seorang  yang sangat berbakat melukis, tibatiba menjadi buta dan hidup dalam gelap.    Untungnya dia tidak berputus asa, dengan keterbatasannya ia mencoba melukis lagi.   

Dalam hal ini saya kagum, karena Pariatmojo bersikeras meneruskan hidupnya.Padahal  gara pernikahannya batal, tunangannya pergi. gara penyakitnya itu. Saya bertanya,  bagaimana Pari bisa bertahan hidup? 

Jawabnya ia berusaha matiraga — puasa dari segala keinginan, kecuali menggambar. la ingin tetap hidup sebagai pelukis. Dengan spidol, krayon dan pensil ia mencorat-coret kertas folio, sampai habis lima rim. 

Tentu ia tidak tahu apa yang sedang dan sudah dilukisnya, tetapi ia terus berkarya dengan menggunakan kanvas.

Mula-mula ia mengusahakan lukisan figuratif — tetapi tentu susah sekali bagi orang buta menggambar bentuk, sekalipun dengan mengerahkan semua ingatan dan imajinasinya. 

Akhirnya, dia menemukan bentuk-bentuk abstrak sebagai pelampiasan ekspresinya. Perlu diingat, setiap ekspresi kesenian, pada dasarnya adalah upaya berkomunikasi. Dengan melukis dalam gelap, Pari ingin mengirimkan pesan. 

Pari menciptakan berbagai tanda, sehingga kita bisa membahasnya dari aspek semiotika.
“Semiotika atau ilmu ketandaan adalah studi tentang makna keputusan. 

Ini termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda, indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi.” Itulah pengertian umum yang boleh kita pahami bersama. 

Bagaimanakah kita menerapkan ilmu ketandaan tentang makna keputusan yang dipesankan oleh Pariatmojo sebagai pelukis buta?

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Majenun

Minggu, 4 Juni 2023 | 22:34 WIB

Hira

Sabtu, 3 Juni 2023 | 10:38 WIB

Ketika Wina Menjadi Anak

Jumat, 2 Juni 2023 | 09:57 WIB

Masih Adakah Pancasila?

Jumat, 2 Juni 2023 | 09:54 WIB

Denny Indrayana: Bukan Nyanyian Kode

Jumat, 2 Juni 2023 | 07:50 WIB

Jokowisme

Kamis, 25 Mei 2023 | 15:19 WIB

Awas, JK Kuda Hitam Cawapresnya Anies Baswedan!

Selasa, 23 Mei 2023 | 13:48 WIB

Pakar Telematika: Kasus Korupsi di Kominfo

Jumat, 19 Mei 2023 | 20:51 WIB

Bercermin pada Garuda Muda

Jumat, 19 Mei 2023 | 11:41 WIB

Mahalnya Johnny Plate bagi Nasdem

Kamis, 18 Mei 2023 | 12:46 WIB
X