Oleh Tommy F Awuy.
DENPASAR, Jakarta.Suaramerdeka.com,
Sastra adalah media kesadaran tekstual. Bergantung pada abjad, kata, kalimat, paragraf dengan problematika rangkaiannya.
Film adalah media kesadaran perseptual dikonstruksi oleh rangkaian visual, serangkaian gambar bergerak.
Perbedaan signifikannya adalah terletak pada kecenderungan teknis aktivitas kerjanya: individual dengan kolektivitas.
Kesadaran tekstual dan kesadaran perseptual sama-sama memiliki aspek fiksional dan faktual (bahkan film dokumenter pun tak lepas dari aspek perseptual-fiksional).
Baik sastra maupun film memiliki pergulatan yang sama dari unsur-unsur seperti "penokohan" (karakterberkisar ekspresi, gestur, penghayatan) 'tema" (percintaan, perang, lagak, horror, dll) "narasi" (plot, durasi, adegan, dll), dan dramaturginya.
Perbedaan secara signifikan adalah pada gerak (motion) dan penambahan audio pada film (lengkapnya visual-audio).
Bagaimana dengan alih media, sastra ke film?
Sejarah menunjukkan bahwa khusus dalam "film cerita", film menjadi mungkin karena sastra. Tapi tidak semua film cerita adalah produk sastra.
Dari konvensi tertentu, "skenario film" belum diterima sebagai karya sastra. Kasus di Festival Film Indonesia (pun di berbagai festival film) tidak pernah ada kasus kategori skenario film eksplisit dinilai sebagai karya sastra.
Awal masalah dalam alih media "sastra-film" adalah pada pembuatan skenarionya.
Masalahnya: penciptaan sebuah karya sastra adalah individual sedangkan penciptaan karya skenario dalam konteks alihmedia ini adalah kolektif.
Skenario film (penulis skenario, sutradara, produser, kameraman, interpretasi masing-masing para pemain, dan editor yang membangun flow gambar atau 'montage' ).
Menelisik aspek kesadaran perseptual dalam karya sastra Budi Darma
Kekuatan yang menonjol pada karya-karya sastra (prosa: novel dan cerpen) Budi Darma adalah aspek rangsangan imajinasi visualnya.
- Deskripsi tempat
- Deskripsi interaksi para tokoh
- Bangunan karakter para tokoh
- Bangunan dramaturginya
- Modus garapan narasi dan temanya.
Unsur-unsur di atas terbilang sangat cair digarap oleh Budi Darma.
Artikel Terkait
Revolusi
Lola Amaria; Tak Ada Tempat Untuk Predator Seksual
Semiotika Pariatmojo Pelukis Buta