Kesadaran Tekstual dan Kesadaran Perseptual. (Alih Media Sastra - Film)

- Selasa, 14 September 2021 | 10:47 WIB
Tommy F Awuy (Foto Doc Pribadi Tommy F Awuy)
Tommy F Awuy (Foto Doc Pribadi Tommy F Awuy)

 

Oleh Tommy F Awuy.

DENPASAR, Jakarta.Suaramerdeka.com
Sastra adalah media kesadaran tekstual. Bergantung pada abjad, kata, kalimat, paragraf dengan problematika rangkaiannya.
Film adalah media kesadaran perseptual dikonstruksi oleh rangkaian visual, serangkaian gambar bergerak.

Perbedaan signifikannya adalah terletak pada kecenderungan teknis aktivitas kerjanya: individual dengan kolektivitas.

Kesadaran tekstual dan kesadaran perseptual sama-sama memiliki aspek fiksional dan faktual (bahkan film dokumenter pun tak lepas dari aspek perseptual-fiksional).

Baik sastra maupun film memiliki pergulatan yang sama dari unsur-unsur seperti "penokohan" (karakterberkisar ekspresi, gestur, penghayatan) 'tema" (percintaan, perang, lagak, horror, dll) "narasi" (plot, durasi, adegan, dll), dan dramaturginya.

Perbedaan secara signifikan adalah pada gerak (motion) dan penambahan audio pada film (lengkapnya visual-audio).

Bagaimana dengan alih media, sastra ke film?
Sejarah menunjukkan bahwa khusus dalam "film cerita", film menjadi mungkin karena sastra. Tapi tidak semua film cerita adalah produk sastra.

Dari konvensi tertentu, "skenario film" belum diterima sebagai karya sastra. Kasus di Festival Film Indonesia (pun di berbagai festival film) tidak pernah ada kasus kategori skenario film eksplisit dinilai sebagai karya sastra.

Awal masalah dalam alih media "sastra-film" adalah pada pembuatan skenarionya.
Masalahnya: penciptaan sebuah karya sastra adalah individual sedangkan penciptaan karya skenario dalam konteks alihmedia ini adalah kolektif.

Skenario film (penulis skenario, sutradara, produser, kameraman, interpretasi masing-masing para pemain, dan editor yang membangun flow gambar atau 'montage' ).

Menelisik aspek kesadaran perseptual dalam karya sastra Budi Darma

Kekuatan yang menonjol pada karya-karya sastra (prosa: novel dan cerpen) Budi Darma adalah aspek rangsangan imajinasi visualnya.

- Deskripsi tempat
- Deskripsi interaksi para tokoh
- Bangunan karakter para tokoh
- Bangunan dramaturginya
- Modus garapan narasi dan temanya.

Unsur-unsur di atas terbilang sangat cair digarap oleh Budi Darma.

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menguatkan Posisi Gus Yaqut.

Rabu, 7 Juni 2023 | 07:43 WIB

Ada Wanita di Banyak Kasus Rasuah

Selasa, 6 Juni 2023 | 23:03 WIB

Merpati yang tak Pernah Naik Haji.

Selasa, 6 Juni 2023 | 16:36 WIB

Peci untuk Taliban

Selasa, 6 Juni 2023 | 16:30 WIB

Majenun

Minggu, 4 Juni 2023 | 22:34 WIB

Hira

Sabtu, 3 Juni 2023 | 10:38 WIB

Ketika Wina Menjadi Anak

Jumat, 2 Juni 2023 | 09:57 WIB

Masih Adakah Pancasila?

Jumat, 2 Juni 2023 | 09:54 WIB

Denny Indrayana: Bukan Nyanyian Kode

Jumat, 2 Juni 2023 | 07:50 WIB

Jokowisme

Kamis, 25 Mei 2023 | 15:19 WIB

Awas, JK Kuda Hitam Cawapresnya Anies Baswedan!

Selasa, 23 Mei 2023 | 13:48 WIB
X