Oleh Tommy F Awuy.
Jakarta.Suaramerdeka.com,-
Perfilman adalah sebuah penamaan yang mengacu pada relasi antar semua pihak yang terlibat dalam keberadaan film.
Penamaan yang lain adalah "masyarakat film" (stake holder, manajemen film, pengamat film, kritikus film, wartawan, penononton film, lembaga negara yang terkait, dll). Dengan keterlibatan negara secara formal, menjadi sebuah masyarakat film yang terorganisir secara sistemik.
Lalu apa hubungannya dengan penilaian terhadap film? Penilaian dilakukan bisa bersifat individual maupun secara lembaga seperti asosiasi. Dan siapa yang berhak menilai tentu saja dari semua unsur yang kita sebut "masyararat film"?
Sekarang menilainya dari berbagai jenis media tayang (secara representatif adalah bioskop dan OTT). Secara lebih khusus adalah menilai dengan syarat atau kriteria-kriteria tertentu seperti dalam sebuah kompetisi atau festival.
Festival? Mari kita fokuskan saja pada Festival Film Indonesia (FFI). Dalam sejarahnya penilaian atas FFI berlangsung dengan tiga model besar.
Pertama murni mewakili "masyarakat film" (melibatkan berbagai unsur di dalamnya dengan sistem berargumentasi langsung yang bertujuan agar mendapatkan penilaian yang objektif).
Kedua, dengan model representasi asosiasi (dengan sistem voting digital), ketiga adalah model mix asosiasi/non-asosiasi, nobar dan berargumentasi langsung (FFI 2021) dengan catatan sistem mix ini masih problematik terutama pada komposisi jumlah juri finalnya.
Di sini saya mau mengajak masyarakat Film Indonesia untuk bersama memikirkan sekiranya sistem seperti apakah yang paling memadai?
Bagi saya, FFI merupakan sebuah perayaan bersama (inklusif). Artinya penilaian haruslah dari berbagai unsur sebagai sebuah "masyarakat film Indonesia".
FFI Milik Siapa?
Milik "masyarakat film" Indonesia
Sangatlah tidak memadai jika penilaian di sini hanya diserahkan pada satu unsur. Maka juri FFI layaknya dari asosiasi film, pengamat/pengajar film, budayawan, sastrawan, bahkan dari unsur lembaga kenegaraan yang terkait, dll.
Moga model penilaian/penjurian FFI ke depan makin mantaaafff
Artikel Terkait
Jokowi Hadiri FFI 2021
Penyalin Cahaya Juara
Tidak Ada Pertanggungjawaban Estetika Dalam Penjurian FFI 2021?