Pewarta Dilarang Mewartakan, Penulis Tidak Boleh Menulis

- Senin, 15 November 2021 | 09:25 WIB
Foto ilustrasi (Google)
Foto ilustrasi (Google)

Oleh Benny Benke

JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,-
Ini pesan orang Suhud. Kalau bersemuka dengan kekuasaan, kemudian duduk bersemeja dengannya. Jangan percaya seutuhnya dengan apa yang dikatakan, apalagi yang dijanjikannya. Lempar, dan sedekah senyum saja.

Jangan tunjukkan rasa ketidaksukaan Anda kepada orang lain di muka umum. Jangan biarkan mereka tahu yang Anda pikirkan. Itu nasehat Vito Andolini Corleone, karakter fiksi dalam novel  Mario Puzo, The Godfather. Meski fiksi, tapi nasehatnya real, nyata.

Sodarasodarah, sejarah banyak mencatat. Apa yang keluar dari istana, demi meredakan pergolakan, biasanya semu semua. Betapapun sangat manisnya janji itu.

Baca Juga: Kala Batu

Saking manisnya janji itu, kopi tuan dan puan yang paling pait sekalipun, malih terlalu manis jadinya. Seketika.

Meski kita tahu, Anda tahu, manisnya kopi sejatinya ya dipaitnya. Itulah bahayanya janji kekuasaan, bahkan mampu merusak rasa "manis" kopi yang alami.

Jadi, saat Anda, dan kita bermusyawarah dengan jaringan kekuasaan yang duduk melingkar dengan kita, karena ketahuan kecurangannya, kebobrokannya, tetap nyalakan tanda bahaya.

Bisa jadi mereka sedang menyiapkan perangkap untuk menelikung kita dengan speak speak beracunnya. Kemudian, piranti kekuasaannya, sangat bisa jadi, bekerja secara senyap, diamdiam, bahkan terang benderang,  bersiap menerkam kita, saat kelengahan berhasil mereka sajikan di meja musyawarah.

Makanya, yang lagi berkuasa, dan dan sedang berada di lingkar kekuasaan, jangan semena, apapun alasannya. Apalagi kepada kawankawanya di luar Istana, juga lawan politiknya.

Baca Juga: Surat Terbuka untuk Direktur PT.LAS

Toh kekuasaan tak lebih dari sekedar Popok yang musti diganti. Apapun alasannya. Kalau tidak sekarang, pasti ya nanti.

Mana ada rezim abadi. Takutnya, kawan yang sekarang dipandang sebagai lawan politiknya -- atas persetujuan nasib -- akhirnya giliran berada di lingkar kekuasaan, nantinya.

Kemudian akan mendendam kepada lingkar dan jaringan kekuasaan yang lama. Yang pernah menyepelekan, mencurangi dan menghinakannya.

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Duo Plate dalam Pusaran Korupsi BAKTI Kominfo

Rabu, 15 Maret 2023 | 00:32 WIB

Tantangan Besar Erick Thohir

Kamis, 9 Maret 2023 | 15:32 WIB

Mari Kita Ubah, Sebelum Kita Diubah Bangsa Lain!

Kamis, 9 Maret 2023 | 06:46 WIB

Pemilu 2024 Harus Tetap Digelar Tepat Waktu

Selasa, 7 Maret 2023 | 23:09 WIB

Erick Thohir dalam Bayang-bayang Mpu Gandring

Senin, 6 Maret 2023 | 23:43 WIB

Robohnya Pancasila Kami

Selasa, 28 Februari 2023 | 23:55 WIB

Pajak & Palak

Jumat, 24 Februari 2023 | 21:09 WIB

Menunggu Menteri Erick Thohir Mundur Demi PSSI

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:47 WIB

Pendataan Memang Bukan Pendaftaran

Rabu, 22 Februari 2023 | 14:37 WIB

Kelayakan Hari Film Nasional.

Jumat, 17 Februari 2023 | 20:39 WIB
X