Remy Sylado: Hadir atau Tersingkir

- Kamis, 13 Januari 2022 | 17:37 WIB
Renny Djajoesman, Remy Sylado dan Gus Mus dalam pembukaan pameran lukisan Maestro Remy Sylado Jakartad 2019, lalu (Benny Benke)
Renny Djajoesman, Remy Sylado dan Gus Mus dalam pembukaan pameran lukisan Maestro Remy Sylado Jakartad 2019, lalu (Benny Benke)

 

Oleh Benny Benke

Jakarta.Suaramerdeka.com, BERBICARALAH tentang apa saja, dengan bahasa apapun dengan Yapi Panda Abdiel Tambayong. Maka sastrawan, teaterwan, penyair, pelukis, wartawan, musisi, dramawan dan budayawan yang sohor dengan nama Remy Sylado itu akan mengembalikan pertanyaan yang Anda ajukan dengan tajam, dalam dan semua jawaban itu, berangkat dari berbagai macam data yang diaketahui dan kuasai dengan baik.

Jika Anda ingin berbicara tentang musik, atau lebih spesifik tentang historiografi musik keroncong misalnya, maka sang munsyi atau ahli bahasa kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945, itu dengan lancar akan bercerita tentang muasal keroncong.

Atau jika ada pertanyaan tentang dunia teater, seni rupa, film, hingga sejarah bangsa China kali pertama sampai mampir ke Indonesia sekalipun, –bahkan dengan tidur pun– sepertinya Remy mampu memberikan jawaban yang mampu memuaskan kedahagaan ilmu pengetahuan Anda.

Baca Juga: Di Negeri Demokrasi Puisi (masih) Ditakuti (?)

Ya, salah satu pelopor puisi mbeling Indonesia itu, memang nyaris mengetahui dan menguasai semua hal. Makanya dengan sangat keras dia menolak jika ada seseorang atau sekelompok orang memintanya hanya untuk menekuni sebuah bidang.

Hal itu sangat tidak berlaku dalam kamus hidupnya, sebab membatasi atau mengkhususkan sebuah bidang bagi seseorang sama saja dengan menghina akal sehat dan kemampuan manusia, yang dalam banyak hal mempunyai kemampuan luar biasa, diluar kesadaran manusia itu sendiri.

Paling tidak demikianlah yang terjadi dengan Leonardo da Vinci (1452 – 1519) yang dikenal dunia sebagai seorang arsitek, musisi, penulis, pematung, hingga pelukis yang sangat adilihung dan genius.

Demikian halnya dengan Remy yang karyanya terbentang dari puisi, novel, naskah drama, pementasan teater, lagu hingga film. Tak terhitung lagi karya jurnalistik dan karya ilmiah yang tersebar di berbagai koran dan majalah di Indonesia.

Baca Juga: Tujuan dan Perjalanan

Mari kita ambil contoh sedikit tentang pemahamannya di bidang musik keroncong. Dalam sebuah even rilis sebuah album Keroncong Rohani milik penyanyi Anastasia Astutie dan Mus Mulyadi, Remy bernarasi banyak tentang muasal musik yang sangat ngelangut itu.

Apakah musik yang kadung diidentikkan dengan penikmat kaum tua itu berasal dari Portugis? Bukan. Sekeyakinannya, musik keroncong adalah musik asli Indonesia. “Sejarah keroncong yang benar lahir di Tugu, dan tidak berasal dari Portugis,” katanya di Jakarta pada Jumat (17/2/2012) malam dalam rilis Album ke-2 keroncong rohani bahasa Indonesia dan Jawa, milik salah satu penyanyi keroncong senior Indonesia, Anastasia Astutie yang berjudul “Hatiku Percaya, Pitados ing Gusti”.

Sebelum sampai di Tugu, Tanjung Priok Jakarta, masih menurut Remy, musik keroncong dibawa oleh Merke seorang budak dari Gowa, Sulawesi Selatan. Meski pada mulanya musik keroncong identik dengan Moreska, atau musik asli bangsa Mor (Bangsa Arab yang beragama Islam).

Baca Juga: Pulang dan Doa

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Majenun

Minggu, 4 Juni 2023 | 22:34 WIB

Hira

Sabtu, 3 Juni 2023 | 10:38 WIB

Ketika Wina Menjadi Anak

Jumat, 2 Juni 2023 | 09:57 WIB

Masih Adakah Pancasila?

Jumat, 2 Juni 2023 | 09:54 WIB

Denny Indrayana: Bukan Nyanyian Kode

Jumat, 2 Juni 2023 | 07:50 WIB

Jokowisme

Kamis, 25 Mei 2023 | 15:19 WIB

Awas, JK Kuda Hitam Cawapresnya Anies Baswedan!

Selasa, 23 Mei 2023 | 13:48 WIB

Pakar Telematika: Kasus Korupsi di Kominfo

Jumat, 19 Mei 2023 | 20:51 WIB

Bercermin pada Garuda Muda

Jumat, 19 Mei 2023 | 11:41 WIB

Mahalnya Johnny Plate bagi Nasdem

Kamis, 18 Mei 2023 | 12:46 WIB
X