Jakarta,suaramerdeka-jakarta.com-ISTILAH "Rumahku istanaku" menekankan pada rumah yang dianggap sebagai istana, jika kita pikirkan lebih jauh lagi berarti dalam sebuah istana ada begitu banyak orang, baik dari pengawal hingga anggota keluarga sendiri.
Jadi istilah ini memberi tahu banyak orang bahwa di dalam rumah tersebut ada anggota keluarga yang bisa menjadi penjaga atau pengawal yang siap membantu kapan pun mereka bisa.
Jika kita sudah menganggap bahwa rumah adalah sebuah istana, itu tandanya kita sudah benar-benar nyaman dengan rumah sendiri. Istana bisa dikatakan sebagai tempat paling nyaman, banyak pengawal yang melindungi hingga pelayanan yang tidak bisa diragukan lagi.
Makanya orang-orang menganggap bahwa sebaik-baiknya tempat, rumah adalah tempat paling nyaman yang ada di muka bumi ini. Kita bisa merasakan keamanan dan kenyamanan yang bahkan tidak akan kamu temui di tempat manapun.
Baca Juga: Sinergi BTN dan Santri Developer Kurangi Backlog Perumahan
"Home sweet home" memberikan arti yang lebih bermakna lagi, rumah adalah sebaik-baiknya tempat untuk pulang. Kita tidak akan pernah bisa meninggalkan rumah yang sudah menjadi saksi bisu tumbuh kembang kita, makanya istana menjadi pilihan yang tempat untuk dijadikan sebagai gambaran.
Makanya sejauh apa pun kita melangkah, rumah tetap menjadi tujuan akhir. Kita akan merasa jauh lebih baik jika berada di rumah sendiri, itu adalah tempat satu-satunya yang akan kita anggap sebagai istana sendiri.
Pandemi Covid-19 memicu adanya krisis yang berdampak pada kehidupan sosial. Disrupsi besar ini memberikan sudut pandang baru bagi siapa saja yang terlibat dalam penyediaan rumah baik pemerintah maupun swasta termasuk perseorangan dalam menyiapkan rumah tinggal.
Kebijakan mengenai menjaga jarak fisik dan menghindari keramaian menjadi pemantik untuk menciptakan rumah yang berketahanan dan lebih sehat guna mengantisipasi wabah pandemi yang entah kapan akan berakhir.
Lantas bagaimana menciptakan rumah agar sesuai dengan kebutuhan warga untuk berkumpul secara sosial namun tetap memperhatikan jarak fisik antar pribadi.
Seorang pakar arsitektur perumahan internasional dari Jerman Nicole Uhrig mengatakan bahwa wabah virus corona sangat berefek pada perekonomian setiap negara.
Jarak sosial membuat banyak orang harus menutup usahanya dan tetap di rumah saja. Namun, tidak dipungkiri meskipun sudah dihimbau pemerintah untuk membatasi aktivitas di luar rumah, masih ada saja yang melanggarnya. Untuk itu kehadiran rumah yang mendukung aktivitas warga tanpa ada rasa khawatir sangatlah diperlukan.
Tegasnya kehadiran rumah atau dalam istilah yang lebih luas perumahan bukan hanya masalah pengelolaan hak publik atas kebutuhanan rumah yang berupaya menyehatkan masyarakatnya, melainkan juga mempersiapkannya menghadapi wabah dengan dampak seminimal mungkin.
Banyaknya orang yang terinfeksi virus corona memberikan indikasi bahwa masyarakat yang sudah membutuhkan rumah,seperti keluarga muda dan lain-lain perlu difasilitasi dan dicarikan jalan keluar supaya masing-masing segera memiliki rumah.Di mana hal ini tentunya penyediaan rumah di komplek-komplek perumahan ini- harus dibarengi pengelolaan publik lain diantaranya dengan menyediakan tempat karantina atau isolasi warga yang terjangkit.
Artikel Terkait
Kebutuhan Rumah Tinggi,Bank BTN Dorong Realisasi KPR Subsidi BP2T
Relokasi Kanwil IV Bank BTN Bidik Peningkatan Dana Murah
Laskar Ganjar - Puan Bergetar di Tanah Kelahiran Bung Karno Jatim
Penjelasan Ustadz Rahmat Baequni, Ya'juj dan Ma'juj lebih ganas daripada Dajjal?
Pesan Witan Sulaeman Usai Cetak Gol Perdana di FK Senica: Time to Focus on The League
Derby Milan: Inter Tumbang Dari AC Milan 1-2