Maka berlangsunglah Mubes BPI pertama, 15 – 17 Januari 2014. Dibuka di Hotel Borobudur, selanjutnya berlangsung di Hotel Balairung Matraman.
Saat pembukaan saya sempat ditraktir kopi oleh Kemala Atmojo, rupanya dia ingin melanjutkan pembicaraan di Semarang (di ajang FFI, akhir 2013) ketika itu kami ngobrol sampai pagi yang intinya – Kemala Atmojo berminat menjadi Pengurus BPI.
“Di BPI ini kan nanti banyak, Lis. Lu bisa jadi Panitia FFI, Juri FFI,...”
“Ah, nyalon-nyalon saja, Mal. Nggak usah gitu-gitu. Kamu bisa kok jadi Pengurus BPI.”
Pada bagian pemilihan pengurus, ceritanya bisa komedi bisa tragedi. Saya kebetulan punya teman-teman yang hak suaranya ingin diberikan sesuai arahan saya. Pada pemilihan pertama ini, saya sempat disebut-sebut atau diduga-duga akan mencalonkan diri dan saya memang membiarkan diisukan seperti itu. Tapi saat menjelang pemilihan berlangsung, saya malah nongkrong di Gedung Film, bukan di arena kongres. Ketua Sidang, Tino Saroengallo (almarhum) nanya-nanya ke Sekjen SENAKKI Yusuf Pontoh. Saya kemudian menjelaskan:
“Saya ini nggak mungkin mencalonkan. Ada peraturan, anggota LSF tidak boleh ikut menjadi Pengurus BP2N atau lembaga sejenis . Dari awal saya tahu ini.”
Seru juga itu proses pemilihan pengurus BPI periode pertama. Sebutlah begini: Dua kubu sangat bersaing ambisius; kubu organisasi-organisasi baru (APROFI cs) yang menampilkan kandidat Alex Komang, Robby Hertanto, Edwin.. Sementara kubu IKJ (sebutlah begitu) menampilkan kandidat Kemala Atmojo, Hartono, Hadi Artomo, termasuk Dudung Yuliarso ikut mencalonkan dengan gaya kampanye mengerahkan gadis-gadis cantik sexy.
Malam beberapa jam sebelum pemungutan suara, temen-teman saya bingung. “Pak Akhlis nggak maju, kemana ini suara kita?” tanya Rully Sofyan, dari Asirevi
“Pak Rully maju saja. Dengan empat suara, bisa kok menjadi Pengurus BPI. Kemala Atmojo juga akan jadi, karena didukung XXI. Alex Komang juga akan jadi, didukung selain Rumah Aktor Indonesia (RAI) juga beberapa temannya di sana,” kata saya. “Suara kita yang masih banyak (sekitar 8 suara), akan saya kasih kepada orang yang sekiranya tidak diduga oleh kedua ‘kubu’ itu, atau kalau dapet akan saya cari orang yang tidak mereka sukai. Biar jadi penyeimbang...”
Naik saya ke lantai atas, tempat Gatot Brojomusti (almarhum) menyewa suite room Hotel Balairung itu. Di sana seingat saya ada banyak anggota keluarganya, termasuk penyanyi Reza Artamevia.
Artikel Terkait
Komedi Tragedi dalam cerita BPI
Komedi Tragedi dalam Cerita BPI (Bagian 2).