Dukungan yang diberikan para aktivis PRD kepada PDI Megawati menjadi pemicu. Sebuah dalih kemudian dibuat oleh aparat negara dengan menyebut PRD sebagai organisasi komunis. Maka para aktivis PRD dan organisasi onderbouw-nya pun diburu hingga ke pelosok, bahkan ke lokasi KKN para mahasiswa. Thukul sembunyi, saya sembunyi. Semua tiarap. Empat dari enam pengurus PRD Pusat tertangkap, diadili, dan dijebloskan ke penjara.
Saat PRD bawah tanah mulai bangkit melawan dan Thukul muncul lagi di Jakarta di tahun 1997 untuk mengorganisir buruh di Tangerang, saya masih sembunyi untuk menyelesaikan skripsi: tindakan yang menerbitkan rasa bersalah hingga hari ini.
Maret 1998, Thukul hilang. Para aktivis PRD lainya juga ikut hilang. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mencatat setidaknya ada 23 orang yang dihilangkan oleh aparat negara dari tahun 1997-1998.
Dari 23 orang tersebut, sebelas diantaranya adalah aktivis PRD. Sisanya para aktivis Pro Mega dan Mega Bintang—aliansi yang dibentuk untuk menentang perlakuan sewenang-wenang negara terhadap PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri.
Dari sebelas aktivis PRD yang hilang, satu diantaranya kemudian ditemukan meninggal di hutan Sarangan, Magetan, dengan luka tembak di pundak dan ulu hati, sedangkan enam lainnya dipulangkan. Sementara empat lainnya belum kembali hingga hari ini, termasuk Thukul.
Sembilan aktivis non-PRD juga belum pulang hingga hari ini. Tujuh tahun setelah tumbangnya Soeharto, di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) menyelidiki kasus penghilangan paksa ini selama maraton berdasarkan amanah Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Pada Oktober 2006, berkas penyelidikan tersebut diserahkan ke Kejaksaan Agung. Namun hingga hari ini, saat kursi nomor satu republik diduduki oleh Jokowi--lelaki yang juga lahir dan besar di Solo seperti Thukul—tak ada tindak lanjut dari hasil penyelidikan tersebut. Padahal saat maju sebagai calon RI-1, pengusaha mebel yang sikap sahajanya membuatnya dengan cepat jadi media darling tersebut menjanjikan untuk menemukan Wiji Thukul dan 12 orang hilang lainnya.
Ia bahkan mengaku mengenal baik Thukul. “Dia kan orang Solo. Anak-istrinya saya kenal. Puisi-puisinya saya juga tahu,” ujarnya kepada para wartawan yang merubungnya di rumah relawan Jokowi di Menteng, suatu siang di bulan Juni 2014.
Namun enam tahun berlalu setelah hari ia mengucapkan janji tersebut. Selama rentang waktu tersebut ia mengangkat Wiranto—Panglima ABRI/Menhankam di masa Soeharto yang mestinya turut bertanggung jawab dalam aksi penghilangan paksa—menjadi Menkopolhukam di periode pertama pemerintahannya dan menjadi ketua dewan pertimbangan presiden di periode kedua.
Sementara Prabowo Subianto -mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad yang bertanggung jawab terhadap pembentukan Tim Mawar dan dipecat dari jabatan pada November 1998—diangkat sebagai menteri pertahanan di periode dua pemerintahan Jokowi.
Artikel Terkait
Bohong
Tumbal
Omerta
Ferdy Sambo dan Wajah Kepolisian Kita
Ferdy Sambo dan Kekuasaan.