
Saat saya menulis ini, notifikasi pesan whatsapp saya berbunyi. Kakak saya mengirim foto masa kecilnya. Dua bocah SMP berseragam pramuka duduk bersisian di kursi karet. Seorang di antaranya tengah tergelak dengan membawa semangkuk makanan. Saya langsung mengenalinya.
Bocah yang tergelak itulah yang saat usianya 30 tahun saya jumpai dalam aksi di Salatiga dan memberi saya cerita indah tentang keadilan dan kemanusiaan. Saya merindukannya.
Thukul dan 12 orang lainya belum kembali hingga hari ini. Namun saya, juga banyak kawan lainnya, masih berandai bahwa suatu hari, para orang hilang itu akan muncul di depan pintu rumah mereka seperti Solomon Northup: warga kota New York berkulit hitam yang mengetuk pintu rumahnya setelah hilang selama 12 tahun karena diculik dan dijadikan budak di perkebunan kapas.
Ditulis di Depok, Oktober 2020. Dipublikasikan pertama kali dalam buku kumpulan cerita mini dan puisi terbitan Epigraf, 2021.
Artikel Terkait
Bohong
Tumbal
Omerta
Ferdy Sambo dan Wajah Kepolisian Kita
Ferdy Sambo dan Kekuasaan.