Sepak bola tidak lagi sekedar urusan tak-tik dan strategi pertandingan di lapangan. Sepak bola juga bukan hanya kalkulasi perekonomian.
Sepak bola tidak lagi bebas nilai. Di belakang setiap pertandingan sepak bola sudah melekat segala urusan sosial. Ini berlaku di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang penggemar sepak bolanya berjibun seperti Inggris dan Indonesia.
Potret sosial masyarakat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sepak bola. Para penonton, sadar atau tidak sadar , membawa urusan sosial dalam diri mereka ke dalam setiap pertandingan.
Ketika kesebalasannya menang , segala problem sosial yang sulit pun dapat terlepas dengan cair dan positif. Rasanya diri menjadi merdeka seutuhnya. Solidaritas bersama menjadi lebih kental. Jalinan sosial pun bagaimana pun rumitnya dapat terjalin dengan apik dan membawa nafas kebahagiaan bersama.
Sebaliknya jika dalam kehidupan sehari-hari lingkungan sosial para penonton memang sedang banyak masalah, dan kemudian kesebelasan pujaannya keok, apalagi di kandang dan dihadapan mata sendiri, maka bom sosial itu tanpa terduga dapat “meledak” berwujud kekerasan, antipati dan irasional.
Kemungkinan itu pula yang yang menjadi salah satu penyebab mengapa Aremania yang tertib, damai, sportif dan simpatik, tiba-tiba berubah drastis menjadi suporter yang murka, berang dan berangasan.
Potret profil suporter Aremania tak lain dan tak bukan juga refleksi profil dari masyarakat kita.
Artikel Terkait
Wina Armada Sukardi; Karakter Sosiologis Penonton Film Indonesia Agraris Humoris dan Agraris Mistis.
Wina Armada Sukardi; Tidak Ada Permen dalam FFWI.