Diberitakan sejumlah media, Ketua KUmum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan,kajian ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mendorong pemulihan industri.
INACA juga berharap kajian ini dapat membantu para pengambil keputusan, pemerintah dan maskapai penerbangan, dalam menyusun berbagai strategi dan intervensi untuk memulihkan sektor penerbangan selama dan pascapandemi Covid-19.
Perkembangan Penerbangan Internasional
Mastercard.com juga menyatakan bahwa penerbangan internasional untuk perjalanan keperluan hiburan (leisure) menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Sepanjang tahun 2022, , jumlah penerbangan internasional keperluan hiburan (leisure) global meningkat hampir dua kali lipat dibanding sepanjang 2021
Upaya kebangkitan industri penerbangan Indonesia kian diperkuat oleh "terbangnya " lagi salah satu masakapai I penerbangan baru tapi lama, Pelita Air Service (PAS), terutama pada saat kedatangan dua pesawat Airbus A320 di Bandara Soekarno-Hatta pada Senin, 11 April 2022 lalu.
Dalam siaran pers-nya saat itu, maskapai Pelita Air yang merupakan anak perusahaan dari BUMN Pertamina ini memastikan telah siap mengembangkan bisnis dan memperluas layanannya ke segmen penerbangan komersial berjadwal (regular flight).
Hingga tahun 2021, jumlah maskapai berjadwal nasional tercatat 13 maskapai. Namun apabila dilihat dari data , nampaknya hanya terdapat tiga group maskapai yang mempunyai pangsa pasar lebih dari 5 persen.
Hadirnya lagi Pelita Air Service diharapkan kian mewujudkan bangkitnya lagi industri penerbangan nasional.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan PAS diarahkan untuk melayani penumpang di segmen medium dengan Garuda Indonesia (GIAA) tetap di segmen premium. Sementara anak usaha Garuda Indonesia, Citilink diarahkan menjadi maskapai bertarif hemat (low cost carrier/LCC) dengan harga yang sedikit berada di atas Lion Air.
PT Pelita Air Service (PT PAS) secara otonom adalah anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero). Perseroan penerbangan ini didirikan dengan akta notaris Tan Thong Kie No. 21 tanggal 24 Januari 1970 dan kemudian disahkan dengan keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. Y.A.5/444/20 tanggal 19 Desember 1974.
Kapten Repon yang pada 1962 mengurusi armada pertama Aero Commander pun menjadi manajer operasi Pelita. Mimbar Kekaryaan ABRI nomor 184 April 1986 (1986:23) menyebut ketika baru mulai dengan nama Pelita Air Service armada hanya sebuah pesawat baling-baling.
Seiring majunya industri minyak Pertamina armada bertambah. Tak hanya 73 pesawat, termasuk di dalamnya lebih dari 50 helikopter yang di antaranya tipe puma, Volvo dan Sikorsky.
Helikopter lebih bisa menjangkau proyek tambang yang tidak terpencil dan tidak punya landasan udara lebar untuk pesawat konvensional. Di antara para penerbang helikopter, di antaranya terdapat mantan pilot helikopter TNI yang sudah pensiun dari kedinasan. Indonesia di masa-masa itu kekurangan pilot. Di tahun 1973, Pelita mempekerjakan pilot asing.
Era 1970-an Pelita punya 60 pilot asing dan 73 pilot Indonesia. Di tahun 1980-an pilot asing tersisa 23 orang saja. Tak semua armada yang ada di tangan mereka dikelola sendiri, di antaranya ada yang dipindah ke lembaga lain.
Pelita yang beroperasi jauh dari kota besar, membangun diri sebagai maskapai yang punya kemampuan merawat pesawatnya sendiri hingga di daerah terpencil sekalipun. Terkait kemajuan Pelita dan dunia penerbangan Indonesia, pada tanggal 24 November 1987, sebuah perusahaan lain berdiri.yakni PT Indopelita Aircraft Services (IAS).
Artikel Terkait
Revitalisasi Bandara Selesai, AIRNAV Siap Layani Kembali Penerbangan Komersial di Bandara Halim Perdanakusuma
Penerbangan Perdana Bandara Halim Perdanakusuma Usai Revitalisasi Lancar dan Sukses Berkat Semua Pihak
Bandara I Gusti Ngurah Rai Layani Penerbangan Perdana Maskapai China Airlines
Presiden Jokowi Teken Perpres FIR, Momentum Modernisasi Peralatan Navigasi Penerbangan
Garuda Indonesia Operasionalkan Penerbangan Kemanusiaan Ke Pakistan, Angkut Bantuan dari Pemerintah Indonesia