Oleh Ready Susanto, editor dan penulis
Dalam Kronik Pameran Buku Frankfurt berikut ini digambarkan mengenai penyelenggaraan Pameran pada 2002. Diangkat dari buku Buah Tangan dari Frankfurt: Sejumlah Kenangan dan Catatan tentang Dunia Perbukuan (Penerbit Matakamera, 2020).
Bagi penggemar komik, pameran buku terbesar di dunia ini juga menjadi “surga” komik. Untuk ketiga kalinya, komunitas komik dunia bertemu dalam pelbagai acara khusus perkomikan, mulai dari ekshibisi, diskusi panel, bincang-bincang, sampai dengan jumpa ilustrator dan komikus terkemuka. Di bawah tema “Komik yang Mempesona”, para penerbit besar dari Jerman, Prancis, AS, Belgia, dan Jepang menampilkan karya-karya terbaik mereka.
Komik Jepang atau manga yang kini menguasai dunia televisi, buku, dan surat kabar mendapat “jatah” acara khusus selama satu hari. Pelbagai atraksi digelar, misalnya lomba kostum. Para penggemar komik Jepang umumnya suka berpakaian seperti pahlawan super yang mereka gemari atau mengenakan topeng-topeng yang sangat imajinatif. Para penggemar komik diundang hadir di Pameran Buku Frankfurt dengan mengenakan kostum hero manga Jepang—bahkan disediakan hadiah bagi pemakai kostum terbaik.
Baca Juga: Pameran Buku Frankfurt ke-74 Siap Digelar
Pameran Buku Frankfurt yang sudah mentradisi sejak abad pertengahan memang tak pernah ketinggalan zaman. Dari tahun ke tahun, pameran yang diakui sebagai terbesar di dunia ini selalu bisa memberikan tempat bagi setiap perkembangan yang marak di dunia perbukuan. Perhatian khusus kepada dunia komik, misalnya, tak hanya dengan melibatkan para penerbit komik Eropa dan Amerika, melainkan memberikan porsi khusus kepada negara Asia pengekspor komik terbesar, yaitu Jepang. Bukankah bangsa barat pun kini dilanda komik Jepang seperti Doraemon, Pokemon, dan Digimon?
Sejak awal berkembangnya media elektronik dalam dunia perbukuan beberapa tahun lalu, pameran ini juga sudah memberikan perhatian yang saksama. Pihak penyelenggara sudah memberikan bangsal khusus untuk media elektronik sejak beberapa tahun lalu. Di sini produk turunan buku seperti CD ROM, buku elektronik atau buku-e, dan pelbagai jenis temuan baru lainnya digelar kepada khalayak.
Kemampuan Pameran Buku Frankfurt untuk selalu mengakomodasi perkembangan-perkembangan baru dalam dunia perbukuan membuat pameran ini selalu bisa menempatkan dirinya sebagai “Mekah dunia perbukuan”. Klaim sebagai pameran buku terbesar di dunia tak bisa dibantah. Tak percaya, simak data yang dikeluarkan penyelenggara pameran, 6.700 peserta pameran dari 105 negara—dua per tiganya adalah penerbit internasional, sejumlah 260.000 orang pengunjung, lebih kurang 400.000 buku dan produk elektronik yang dipertunjukkan, serta areal pameran seluas 190.000 meter persegi.
Baca Juga: Spanyol Jadi Tamu Kehormatan di Pameran Buku Frankfurt 2022
Bukan omong besar pula bila penyelenggara menyebut pameran ini sebagai peristiwa terpenting dalam industri perbukuan. Selama Frankfurt Book Fair, buku menjadi fokus laporan-laporan internasional. Bayangkan bahwa ada lebih dari 10.000 jurnalis terdaftar dari 80 negara yang menghasilkan lebih dari 2.500 artikel, 800 laporan televisi, dan sekitar 900 siaran radio. Ini menunjukkan bahwa Frankfurt Book Fair bukan saja tempat pertemuan terpenting industri perbukuan, tetapi juga mempunyai pengaruh penting bagi kemunculan buku di media. Frankfurt Book Fair menarik perhatian para penulis, penerbit lama dan baru, karena itu memberi kontribusi penting untuk meningkatkan minat anak-anak maupun orang dewasa untuk membaca lebih banyak.
Tak boleh dilupakan pula bahwa pameran ini adalah pusat perdagangan lisensi dan hak cipta internasional. Perdagangan lisensi tidak hanya berlangsung selama pameran. Katalog Hak Cipta Frankfurt (Frankfurt Rights Catalogue) yang ditayangkan di internet merupakan pasar lisensi internasional yang terbesar dengan menampilkan lebih dari 20.000 judul buku dari sekitar negara dan berbagai bahasa.
Baca Juga: Raja Spanyol dan Presiden Jerman akan Hadir di Pembukaan Pameran Buku Frankfurt 2022
Karena demikian luasnya dunia perbukuan yang bisa ditampilkan oleh Pameran Buku Frankfurt, wajar bila pameran ini juga merupakan sebuah festival kebudayaan dan dialog antarkebudayaan. Tema pameran pada tahun 2002 juga mencerminkan sebuah cita-cita besar Bridges for a World Divided yang terinspirasi diktum Abraham Lincoln bahwa A house divided against itself cannot stand. Khalayak yang hadir di Frankfurt dari tahun ke tahun juga begitu beragam, mulai dari pemenang Hadiah Nobel hingga pembaca komik dan fans buku-audio.
Selain itu, setiap tahun selalu ditampilkan sebuah Negara sebagai tamu kehormatan. Tahun 2002 Lithuania mendapat giliran setelah pada tahun sebelumnya Yunani yang memperoleh kehormatan. Di bawah tajuk To be continued—the changing face of Lithuania, tampil berbagai program dari negara Balkan ini. “Kami sekarang menjalani masa yang sangat menarik, rumit, masa yang sulit, tetapi tak ada yang lebih produktif (daripada masa itu) untuk perubahan sosial. Partisipasi Lithuania sebagai Tamu Kehormatan Pameran Buku Frankfurt hanyalah salah satu petunjuk adanya kenyataan ini,” ujar Ina Mareiulionyte mewakili Lithuania.
Artikel Terkait
Semarak Pameran Buku Frankfurt 2022 dengan Berbagai Acara
Kronik Pameran Buku Frankfurt (1): Meriah dengan Perdagangan Hak Cipta, Penerjemahan, dan Distribusi
Kronik Pameran Buku Frankfurt (2): Jalan Baru ke Itacha