Oleh Ready Susanto, editor dan penulis
Dalam Kronik Pameran Buku Frankfurt berikut ini disajikan mengenai Kota Mainz, kota tua tempat Gutenberg mulai mengoperasikan percetakan. Diangkat dari buku Buah Tangan dari Frankfurt: Sejumlah Kenangan dan Catatan tentang Dunia Perbukuan (Penerbit Matakamera, 2020).
Sekitar tahun 1450, Gutenberg menjalin kerja sama dengar pedagang Jerman Johann Fust untuk membuat mesin cetak yang digunakannya untuk mencetak Injil besar berbahasa Latin dan juga beberapa buku kecil dan selipat (leaflet). Kitab Injil ini—yang kemudian dikenal sebagai Injil Gutenberg, Injil 420 Baris, atau Injil Mazarin (karena ditemukan pada 1760 di antara buku-buku tokoh Prancis Kardinal Jules Mazarin), diselesaikannya pada sekitar tahun 1456. Peter Schoffer—menantu Fust sekaligus asisten Gutenberg, diduga sangat membantunya dalam proses pencetakan ini.
Baca Juga: Semarak Pameran Buku Frankfurt 2022 dengan Berbagai Acara
Johann Fust dan Gutenberg akhirnya pecah kongsi pada 1455. Fust menuntut Gutenberg membayar kembali uang yang diinvestasikan, dan karena kalah berperkara Gutenberg menyerahkan sahamnya di perusahaan itu. Tetapi Gutenberg terus mencetak, di Mainz dan di kota tetangganya Eltvie, konon atas pinjaman peralatan cetak dari seorang pegawai kotapraja, Kondrad Humery. Seorang tokoh masyarakat Jerman, Adolph II, kemudian memberikan pekerjaan kepada Gutenberg pada tahun 1465 hingga akhir hayatnya, 3 Februari 1468, sebagai penghargaan atas jasa Gutenberg.
Jejak Johann Gutenberg dapat ditemui di bekas tempat tinggalnya yang dijadikan museum pada tahun 1900. Di museum yang tidak begitu besar ini kita bisa menyaksikan mesin cetak dan bengkel kerja Gutenberg yang telah direka ulang. Beberapa contoh cetakan dapat dilihat di sini, antara lain naskah Injil asli yang dicetak antara tahun 1452 dan 1455.
Baca Juga: Mimbar Bagi Penulis dan Penerbit Ukraina di Pameran Buku Frankfurt 2022

Bagi para pengunjung museum ini, juga tersedia bermacam-macam cenderamata, misalnya kaus oblong bergambar Gutenberg. Boleh juga berfoto dengan latar belakang kepala Gutenberg atau batu besar berbentuk buku yang ada di halaman museum.
Mainz yang pernah luluh lantak karena dibombardir Sekutu pada Perang Dunia II berpenduduk sekitar 178.000 pada tahun 1990. Selain tempat-tempat yang telah disebut tadi, ada berapa tempat penting di kota ini, misalnya Gereja St. Stephen (dibangun antara 1976 dan 1979) yang kaca berwarnanya dibuat oleh seniman Marc Chagall. Ada pula sebuah museum sejarah Romawi dan Jerman, lalu sebuah museum lain mengenai Rhineland, serta sebuah universitas. Juga ada beberapa festival yang digelar pada bulan-bulan tertentu pada setiap tahunnya.
***
Terima kasih sudah mengikuti Serial Kronik Pameran Buku Frankfurt. Jangan ketinggalan ikuti pula Serial Buah Tangan dari Frankfurt (1-18).
Artikel Terkait
Kronik Pameran Buku Frankfurt (6): Indonesia, 17.000 Pulau Imaji
Kronik Pameran Buku Frankfurt (7): Senarai Tamu Kehormatan Frankfurter Buchmesse
Kronik Pameran Buku Frankfurt (8): Frankfurt, Kota Museum yang Tersibuk
Kronik Pameran Buku Frankfurt (9): Mainz, Kota Asri dari Masa Lampau