Oleh Ready Susanto, editor dan penulis
Mewakili Penerbit Pustaka Utama Grafiti sebagai penerbit undangan, penulis bersama Eko Endarmoko, berkesempatan hadir di Pameran Buku Frankfurt ke-48 pada 2-7 Oktober 1996. Berikut ini adalah catatan perjalanan penulis yang sudah diterbitkan dalam buku Buah Tangan dari Frankfurt: Sejumlah Kenangan dan Catatan tentang Dunia Perbukuan (Penerbit Matakamera, 2020).
Masuk ke ruang tunggu bandara suasana lebih meriah dengan para penjemput. Suasana Frankfurter Buchmesse (FB) sudah sangat terasa di sini. Saya melihat beberapa penjemput yang mengacung-acungkan kertas bertulisan nama penerbit. Kami berputar sebentar sebelum menemukan para penjemput kami dari Divisi Internasional FB yang sesuai janji akan menjemput kami. Di sana ada Brigitte Duffner, yang tampak paling jangkung di antara para penjemput kami, yang langsung menyalami saya dan Mas Moko. Sejak awal 1986, Duffner-lah yang selalu mengontak kami via faksimili, mengatur jadwal keberangkatan hingga menyiapkan akomodasi buat kami di Frankfurt. Selain Duffner, ada Karpret Singh yang berserban India dan dua orang penjemput lain dari Divisi Internasional.
Baca Juga: Peraih Nobel Sastra Abdulrazak Gurnah Hadir di Pameran Buku Frankfurt 2022
Rupanya keempat penjemput itu tak hanya menjemput kami dari Indonesia. Masih ada beberapa peserta undangan lainnya yang ditunggu. Tak lama berselang muncul Chin Saik Yoon dari Penerbit Southbound Sdn. Bhd., Kuala Lumpur, Malaysia, salah satu penerbit yang diundang oleh penyelenggara FB. Lalu datang Ahmed El Zayadi dari Penerbit Dar El Shorouk, Kairo, Mesir. Yang terakhir muncul adalah seorang rekan perwakilan dari penerbit Myanmar.
Kami pun diantar ke tempat kami masing-masing akan menginap. Pak Chin dan Pak Egypt (itu sebutan Pak Chin untuk Pak Ahmed El Zayadi) diantar oleh Karpret Singh dan rekannya ke hotel yang telah ditentukan. Sementara saya, Mas Moko, dan perwakilan penerbit dari Myanmar diantar oleh Brigitte Duffner dan seorang rekan perempuannya. Teman dari penerbit Myanmar itu diantar ke sebuah rumah, dia akan tinggal di sebuah kamar bersama induk semang. Sementara kami diantarkan ke sebuah flat yang satu kamarnya telah disewa untuk kami.
Rupanya sudah lazim pada saat FB berlangsung di Frankfurt, kamar-kamar flat disewakan kepada para pengunjung pameran. Tingkat hunian hotel di kawasan kota Frankfurt kabarnya selalu meningkat pada saat penyelenggaraan FB, sehingga kamar-kamar flat pun digunakan untuk menampung para pengunjung. Menurut cerita Duffner, flat yang kami tempati itu dihuni oleh seorang temannya, guru bahasa Inggris di sebuah sekolah menengah.
Pameran BBaca Juga: Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska akan Tampil Live di Pameran Buku Frankfurt 2022
Selama flatnya kami tempati, dia menginap di sebuah ruang khusus yang ada sekolahnya. Jika penerbit kami, Pustaka Utama Grafiti hanya mengirimkan satu orang saja ke Frankfurt, sesuai dengan undangan, mungkin penginapan yang disiapkan panitia akan serupa dengan Pak Chin atau teman dari penerbit Myanmar. Namun karena penerbit kami memutuskan untuk mengirim saya dan Mas Moko, Divisi Internasional menyiapkan bagi kami sebuah kamar di flat yang lokasinya tidak begitu jauh dari lokasi pameran.
Flat kami terletak di sebuah kawasan pemukiman yang tenang di Garbenstrae. Menurut peta yang telah kami punyai sejak di Indonesia, lokasi Garbenstrae tidak begitu jauh dari lokasi Frankfurt Buchmesse. Setelah meninggalkan kunci flat dan sedikit menerangkan mengenai pemanas ruangan, Duffner pun meninggalkan kami dengan pesan agar kami datang pada siang hari, untuk menyelesaikan masalah-masalah administrasi dan menata stan di arena pameran.
***
Ikuti lanjutan tulisan ini dalam Buah Tangan dari Frankfurt (5): Frankfurter Buchmesse pun Dimulai
Artikel Terkait
Kronik Pameran Buku Frankfurt (10): Kisah Gutenberg di Kota Mainz
Buah Tangan dari Frankfurt (1): Serba Besar, Sibuk, dan Terencana
Buah Tangan dari Frankfurt (2): Dari Benang Jahit sampai Jadwal Acara