Oleh Ready Susanto, editor dan penulis
Mewakili Penerbit Pustaka Utama Grafiti sebagai penerbit undangan, penulis bersama Eko Endarmoko, berkesempatan hadir di Pameran Buku Frankfurt ke-48 pada 2-7 Oktober 1996. Berikut ini adalah catatan perjalanan penulis yang sudah diterbitkan dalam buku Buah Tangan dari Frankfurt: Sejumlah Kenangan dan Catatan tentang Dunia Perbukuan (Penerbit Matakamera, 2020).
Lapangan besar di halaman depan lokasi Frankfurt Book Fair digunakan untuk berbagai keperluan. Pada bagian pinggir terdapat pohon-pohon yang menaungi kursi-kursi dari batu, tempat orang duduk-duduk. Melingkar ke bagian tengah, biasanya dipakai untuk lokasi parkir mobil. Di bagian ini pula berdiri sebuah bangunan bundar tempat pameran yang berkait dengan tema FBF ke-48 mengenai Irlandia. Di sisinya berdiri balon besar berbentuk boneka Gulliver yang menjulang tinggi.
Baca Juga: Taylor Swift Segera Rilis Album 'Midnights'
Pelataran kosong berlantai semen itu juga dipakai oleh orang-orang yang duduk dan berjemur. Di bawah balon Gulliver orang-orang menikmati pagi atau siang yang bermatahari. Jangan bayangkan panas matahari itu benar-benar terasa. Menurut kami, orang-orang itu agak “aneh” karena panas yang sampai ke tubuh kita rasanya kalah dengan angin dingin yang bertiup kencang pada musim gugur. Saya dan Mas Moko, misalnya, merasa lebih hangat bila berada dalam ruangan daripada di lapangan yang “bersimbah matahari” itu. Tetapi pada sore hari, bila gerimis turun, lapangan itu mendadak sepi dan tinggal Gulliver yang berdiri sendirian di sana.
Di dalam bangunan bundar di tepi lapangan bagian depan berlangsung pameran yang terkait dengan tema tahunan Frankfurt Book Fair. Kami menyempatkan mampir ke arena pameran itu sekali. Orang-orang berjubel menyaksikan benda-benda yang dipamerkan itu. Ada naskah-naskah buku bersejarah, foto-foto, dan pelbagai hal yang berkaitan dengan perkembangan perbukuan dan kebudayaan di Irlandia yang tahun itu menjadi tema pameran.
Baca Juga: Taylor Swift Bersyukur Dapat Berkolaborasi dengan Lana Del Rey
Tubuh saya dan Mas Moko tentu saja kecil dibandingkan dengan para penonton lain yang datang di sana sehingga kadang-kadang agak sulit melihat benda-benda yang dipamerkan di antara kerumunan sedemikian banyak orang. Namun akhirnya kami “berhasil” juga menerobos kerumunan dan menyelesaikan satu putaran menonton pameran itu.
***
Ikuti lanjutan tulisan ini dalam Buah Tangan dari Frankfurt (9): Kedai Langganan
Artikel Terkait
Buah Tangan dari Frankfurt (4): Divisi Internasional Frankfurter Buchmesse
Buah Tangan dari Frankfurt (5): Frankfurter Buchmesse pun Dimulai
Buah Tangan dari Frankfurt (6): ‘Irland: Und Seine Diaspora’
Buah Tangan dari Frankfurt (7): Di Mana Frankfurt Hauptbahnhof?