Lalu tiba masa dimana manusia mengenal bercocok tanam dan berternak. Bercocok tanam memastikan kalau mereka tidak akan diterkam dan menjadi santapan hewan buas.
Tetapi bercocok tanam dan beternak memerlukan waktu dan lahan. Akhirnya Mereka pun berdiam di satu tempat, membagi-bagi tanah dan menyatakan tanah itu milik si ini, milik si itu. Masing-masing menjaga tanah miliknya. Mungkin awalnya mereka masih berbagi.
Tapi lama kelamaan, berbagi menjadi sesuatu yang langka. Alasannya, mereka perlu menyimpan untuk masa depan.
Baca Juga: Kembali Purba (1):Oleh Widia Febriana
Tanaman bisa gagal panen, ternak bisa mati karena sakit dan tidak dapat dimakan. Jika ada kesempatan, jika ada panen, jika ada ternak yang melimpah, lebih baik disimpan sehingga jika masa gagal panen tiba, mereka masih punya cadangan dimakan.
Beralihnya manusia ke pertanian memulai sebuah efek domino yang besar. Kita mulai mengenal status sosial. Kita mengenal kekayaan dan kemiskinan.
Ada yang tidak dapat menyimpan dan akhirnya kelaparan. Ada yang tidak dapat menjaga ternaknya dan juga kelaparan.
Baca Juga: Sistem Transportasi Publik Ramah Disabilitas
Ada pula yang berhasil. Lahan pertaniannya subur dan ia dapat menukar tanah orang yang kelaparan dengan produk pertaniannya. Lahannya pun semakin besar.
Orang yang ditolong, karena tidak lagi memiliki lahan, bisa dijadikan tenaga kerja untuk membantu bertani.
Artikel Terkait
Sekjen PDIP: Spirit NU Senapas dengan PDIP dalam Membangun Peradaban dan Merawat Jagat
PMII Diminta Terus Bertransformasi Bangun Peradaban
Masuk Zaman Peradaban Kreasi, Mahasiswa Dituntut Kreatif dan Inovatif