JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,- Pada acara launching Peter Hari Coffee kawanku bernama Fransisca Ria Susanti didaulat Sinnal Blegur (MC seumur hidup) untuk memberi kesaksian tentang diriku. Dia katakan bahwa diriku berwajah seram dengan rambut gondrong, itu awal bertemu denganku.
Kebalikannnya, saat bertemu dengannya saat itu juga aku heran ,"Apa nggak salah gadis mungil nan imut ini mau bergabung dengan organisasi kami bernama Solidaritas Mahasiswa Semarang, kumpulan para demonstran?"
Sang cewek ini seorang aktivis pencita alam, rupanya tertarik menjadi demonstran. Maka direkomlah dia ke kami oleh temannya sesama pencita alam yang juga dedekot aktivis Yogya.
Santi kadang Peang kami memanggilnya, akhirnya menjadi aktivis yang militan. Menjadi salah satu motor pimpinan SMID Semarang, yang didominasi kaum perempuan.
Atas kinerja dia yang moncer, dalam Kongres Luar Biasa Persatuan Rakyat Demokratik yang membentuk PRD (partai) terpilih menjadi salah satu Pengurus Pusat (Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri). Bila Anda melihat foto yang lejen Deklarasi PRD, dia satu-satunya perempuan dalam kepengurusan itu.

.
Setelah reformasi dia memilih menjadi wartawan dan mengabdi di Harian Sinar Harapan yang digawangi Aritides Katopo. Sinar Harapan saat era Soeharto telah dibredel. Santi berkarya di sana sampai harian itu almarhum.
Sebagai wartawan senior tulisannya sangat indah. Saya terkesan dengan gayanya menulis. Mencoba menirunya tapi aku tak mampu. Aku pernah membaca bukunya berjudul "Kembang-Kembang Genjer", sangat indah tulisannya, kubaca sampai tandas.
Peang begitu panggilan mesra yang sering disematkan oleh Nurul Qoiriah dan Wirayanti ( koleganya di SMID Semarang) adalah penulis buku yang produktif. Di market place masih beredar bukunya berjudul "Berpolitik Tanpa Partai".
Artikel Terkait
Petrus
Petrus Hariyanto Datang, Peter Hari Coffee Menjelang.