Oleh Benny Benke.
"Seorang pria bisa dihancurkan tetapi tidak dikalahkan." (Ernest Hemingway)
JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,- Ketika kekalahan datang, terimalah itu sebagai sinyal bahwa rencanamu tidak berjalan dengan baik. Bangun kembali rencana itu, dan berlayar sekali lagi menuju tujuan yang kita rencanakan dan dambakan bersama. Demikian nasehat mengajarkan kepada kita.
Karena masa lalu saya, juga kita semua, tidak mendefinisikan saya juga Anda semua, menghancurkan saya juga Anda semua, menghalangi saya juga Anda semua, atau mengalahkan saya juga Anda semua; (kekalahan) itu hanya membuat saya, juga Anda semua seharusnya menjadi jauh lebih kuat.
Siapa pun bisa menghadapi kemenangan. Tapi belum tentu mampu memaknai kekalahan dengan baik dan anggun.
Karena, tidak ada yang lebih keras dari pukulan kehidupan, yang telah membentuk manusia -- juga tim bola sepak yang sedang bertanding di Piala Dunia Qatar 2022 misalnya --, yang sebelumnya pernah digembleng oleh kerasnya kekalahan.
Bangkit, bagi yang pernah kalah. Bangun lagi. Kalau masih kalah lagi, bangun lagi. Demikian seterusnya. Sampai nanti, sampai semaput dan tumpas pedih peri.
Meski kita semua maklum, sangat maklum malah, salah satu alasan mengapa kita semua begitu sulit dan berat menerima dan berkarib dengan kekalahan adalah; kepercayaan, atau keyakinan yang selama ini salah atau keliru yang melingkupi dan mengelilingi peri kehidupan kita. Atau tepatnya, cara berpikir kita.
Yang pertama adalah, jika Anda, atau kita TIDAK mencapai sesuatu, berati diartikan Anda atau kita semua telah DIPASTIKAN gagal. Padahal, sebenarnya ada perbedaan sangat besar antara kalah dan gagal. Kita bisa kalah pada suatu hal, juga pada pertandingan bola, tapi belum tentu gagal pada hal tersebut.
Artikel Terkait
Sutardji Calzoum Bachri; Puisi Benny Benke Prosaik, Layak Direnungkan
Penggenapan Diri Benny Benke
Novel Mari Menari Karya Benny Benke Diterbitkan Relasi Inti Media
Kuliah Umum Benny Benke di Fakultas Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Berlangsung Hangat