Oleh Benny Benke
JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,- Di mana posisi Yaqut Cholil Qoumas, menteri Agama yang akrab disapa Gus Yaqut dalam konstalasi pemilu 2024?
Nyaris tidak ada yang menimbangnya kecuali presiden Joko Widodo yang diam-diam telah lama meliriknya, demi mencari kesetimbangan atau kompromi antara pihak Islam dan pihak Kebangsaan.
Beberapa sumber di lingkaran istana mengatakan, selaras dengan semangat Piagam Jakarta yang berniat merukunkan antara pihak Islam dan pihak Kebangsaan, serta menjembatani perbedaan dalam agama dan negara, nama Gus Yaqut dipercaya akan menjadi kuda hitam, diantara sejumlah nama mainstream calon Presiden dan Wakil Presiden yang beredar kiwari.
Jakarta Charter atau Piagam Jakarta, yang pada sila pertama pada mulanya tercantum frasa, "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", kemudian
dihilangkan atas inisiasi Mohammad Hatta sebagai bentuk kompromi kelompok Nasionalis, dinilai cocok dengan sosok Gus Yaqut, yang bandulnya tidak ke kanan, bukan ke kiri, tapi ke tengah.
Meski sejatinya, nasab Gus Yaqut dari kalangan Islam tradisional dan akarnya kuat sekali.
Sebagai cucu Kiai Bisri Musthofa yang dicatat sebagai sosok yang pepak sebagai politikus, kiai, budayawan, muballigh, dan muallif (penulis) yang ulung, sekaligus pemberani, semua citra itu melekat kepada Ketua Umum GP Ansor ini.
Magnum opus Bisri Musthofa adalah saat menghasilkan Tafsir Al-Ibriz, sebuah kitab yang berisi pemahaman dan penafsiran atas teks suci Al-Qur'an.
Sedangkan Ayahandanya adalah Kiai Cholil Bisri, yang notabene juga pernah menjadi Ketua GP Ansor Rembang, Ketua Partai NU Rembang (ketika NU menjadi partai sendiri pada 1971), dan Ketua DPC PPP (ketika NU fusi dengan PPP).
Artikel Terkait
Politik adalah Komedi Baru
Soekarno Sungkawa
Yenny Wahid vs Muhaimin Iskandar; Terlukalah Sampai Kau Mampus!
Ferdy Sambo dan Kekuasaan.
Adab dan Etika Politisi
Kekalahan itu Guru.