Peminat Komunikasi Muda Geofakta Razali Ulas Apa Kompetensi Lulusan Ilmu Komunikasi Saat Ini

- Senin, 9 Januari 2023 | 07:49 WIB
Dr Geofakta Razali MIkom,Pengajar,Peminat dan Pemerhati Komunikasi di tengah para mahasiswa (bn)
Dr Geofakta Razali MIkom,Pengajar,Peminat dan Pemerhati Komunikasi di tengah para mahasiswa (bn)

“Don’t get focus on career, but focus on your vocal point and get narrative and public speaking skill” Geofakta Razali

Pada dasarnya, studi Komunikasi menjadi sangat menantang mengingat bagaimana perkembangan teknologi dan pemikiran menunjang ciri khas keilmuannya yang multidisiplin dan interdisiplin. Belakangan seiring berjalannya pandemi, krisis iklim, menuntut diskusi yang lebih jelas untuk memperoleh persepsi dan kepentingan publik yang matang (Afin & Ardiansyah, 2021). Ilmu Komunikasi sebenarnya bukan lagi hal yang baru, mengingat perkembangan studi Komunikasi telah berkembang sejak perang dunia kedua. Pada akhirnya, muncul pertanyaan, sebenarnya apa yang ingin dibicarakan seorang pakar Komunikasi, dan kompetensi apa yang benar-benar menjadi ciri khas seorang komunikator handal.

Dalam sebuah buku berjudul Communicating Science: A Global Perspective, para penulis mengumpulkan cerita dari 39 negara untuk memahami bagaimana ilmu Komunikasi dalam sains berkembang secara internasional. Dalam buku tersebut, secara global ilmu Komunikasi telah memainkan peran kunci dalam kesehatan masyarakat, psikologi dan kejiwaan manusia, perlindungan lingkungan, kesetaraan dan pluralisme bahkan pertanian. Kemudian, menurut saya ada empat hal yang perlu menjadi pertimbangan, yaitu; (1) Pengetahuan komunitas tentang vocal point dan pesan berbasis konteks yang kuat; (2) Ilmu Komunikasi yang sukses terintegrasi berbagai aspek lain; dan (3) Peneliti yang berkontribusi pada pengembangan sosial masyarakat, dan (4) Menyampaikan seluruh isu dengan Komunikasi menuju pesan yang baik. Artinya, ilmu Komunikasi kemudian berperan dalam kajian teoritis dan praktis yang mensyaratkan para pelaku Komunikasi memiliki kemampuan kritis, kolaboratif, kreativitas, dan komunikatif. Umumnya kita sebut dengan kemampuan pada abad ke 21(Di & Dasar, 2021).

Tentu saja para lulusan Komunikasi masih banyak memiliki kebingungan terhadap bagaimana rencana mereka merumuskan karir masa depan mereka menjadi seseorang lulusan Komunikasi, yang terang saja merupakan ilmu yang sangat multiperspektif. Semacam kita melihat seolah-olah para pelaku Komunikasi adalah pakar segala bidang. Memang, pada dasarnya Komunikasi dapat dipelajari tanpa seseorang masuk ke bangku perguruan tinggi sekalipun. Namun, saya dapat melihat bagi yang serius menekuninya, Komunikasi dapat menjadi kemampuan tambahan untuk menciptakan gerakan melalui “narasi” dan “public speaking”.

Dua hal ini yang seharusnya mencirikan pelaku Komunikasi menjadi seseorang yang dapat dianggap sebagai pakar dalam menunjukkan gagasan-gagasan luar biasa, dan satu langkah lebih maju dibandingkan lulusan ilmu lainnya. Dua kekuatan spesifik ini dapat saya ceritakan dari kisah-kisah ini. Yang pertama, adalah bahwa pengetahuan masyarakat adalah kekuatan yang kuat. Di pedesaan misalnya, banyak masyarakat yang belum mengerti tentang bagaimana mengantisipasi penyakit menular, termasuk seperti Covid, TBC, atau HIV Aids. Bahkan, dapat mempengaruhi kematian tingkat jumlah tinggi pada jumlah bayi (Santoso & Epid, 2005). Praktik Komunikasi pada pelaku kepentingan lokal dapat memberikan solusi. Mulai dari diskusi masyarakat dalam mengintegrasikan masalah kesehatan sampai pada solusi sosial. Narasi yang baik, mampu menghasilkan pesan yang dalam. Pesan merupakan elemen penting dalam Komunikasi.

Seperti juga bagaimana melatih seorang pengendara sepeda motor lokal untuk mengantar ibunya ke rumah sakit. Seorang komunikator harus mampu menggunakan permainan peran yang menuntut narasi yang kuat dalam penyampaian pesan kepada publik, apapun profesinya untuk menggambarkan kedatangan seorang ibu ke fasilitas kesehatan, reaksi dari penyedia layanan kesehatan, akhirnya melahirkan bayi dengan selamat, dan ibu serta bayi pulang ke rumah.

Kemudian, bagaimana ilmu Komunikasi meningkatkan integrasi sains dengan kebidangan lain. Komunikasi dengan agama, Komunikasi dengan teknologi. Agar dapat diceritakan lebih baik dalam mencapai kesejahteraan bersama. Memunculkan sikap respect namun tetap terbuka pada kemajuan zaman. Semua perlu diceritakan dalam sebuah ide dengan narasi yang kuat, dan ditunjang dengan kemampuan seni berbicara di depan umum yang baik. (Laskowski, 2006) Hematnya, para pelaku atau lulusan Komunikasi, hanya bisa mengetahui bagaimana mereka melatih rasa percaya diri dengan melakukan public speaking, sebab mereka memiliki persiapan dan gagasan pesan yang matang.

Apabila kita mendekatkan Komunikasi pada ranah akademis, pendekatan Komunikasi untuk mengejar dan memperdebatkan sains demi kepentingan publik (massa) juga menjadi ciri khas seorang peneliti atau pengajar Komunikasi. Kepentingan dalam opini publik hanya bisa dicapai dengan meletakkan kekuasaan pada Komunikasi. Semakin berpengaruh Komunikasi persuasif seseorang, maka semakin besar kemungkinan opini publik dapat terbentuk (Perloff, 2017). Tentu kita percaya, tujuan itu juga dapat dicapai apabila kita sebagai lulusan Komunikasi dapat mempengaruhi seseorang melalui tulisan. Di Eropa, sebuah prinsip yang ditetapkan di adalah harapan atau kewajiban bahwa para peneliti akan berkontribusi pada pertumbuhan, kesejahteraan, dan perkembangan masyarakat. Universitas diharapkan untuk bertukar pengetahuan dan keterampilan dengan orang lain di masyarakat, menyebarluaskan hasil dan metode ilmiah, dan mendorong debat publik. Namun, rasanya tulisan saja tidak cukup apabila telah memiliki narasi yang cukup kuat. Publik tetap membutuhkan seseorang dengan kemampuan berbicara yang baik untuk mempengaruhi orang lain, baik dengan media ataupun tidak.

Pelajaran tentang ilmu Komunikasi pada akhirnya tetap diminati, meskipun banyak para mahasiswa yang mungkin belum memahami tujuan mereka dalam mengikuti kuliah-kuliah tersebut. Tapi kenyataannya, jumlah prodi ilmu Komunikasi di Indonesia meningkat, dan menjadi sasaran empuk untuk market pendidikan. Artinya, Komunikasi memang kajian yang tetap saja popular. Dimengerti atau tidak dimengerti oleh orang yang menjalani studi Komunikasi tersebut. Kesempurnaan Komunikasi tentu pada dasarnya melibatkan proses berpikir, menulis, dan berbicara. Apabila sulit menguasai semuanya, minimal dua diantaranya. Namun, apabila ingin menjadi seorang pakar kuasai proses tersebut, dan jadilah seorang pembicara yang mampu menciptakan narasi yang baik. Dalam pandangan teerbaru kita sebut dengan bagaimana ber-storytelling. Storytelling (Hidayat et al., 2019) merupakan salah satu istialh modern skill dalam public speaking untuk menciptakan narasi yang lebih efektif.

Akhirnya, kita dapat melihat sejauh apa ilmu Komunikasi dapat memfasilitasi berbagai aspek kemajuan kehidupan dengan menguasai proses berpikir, menulis, dan berbicara melalui kemampuan abad ke 21 dengan satu langkah lebih maju melalu narasi dan public speaking. Secara praktis, dapat dituangkan dalam berbagai profesi unggulan saat ini baik dari divisi kehumasan, sumber daya manusia, bisnis analis, digital marketer, produser, sosial media spesialis, dan sebagainya. Kita menyebutnya kesempatan terbuka untuk kesempatan berkarir bagi seorang lulusan Komunikasi. Apabila anda adalah seorang pelajar Komunikasi, “don’t get focus on career, but focus on your vocal point and get narrative and public speaking skill”

Referensi :

Afin, R., & Ardiansyah, K. Y. (2021). COVID 19 , Information and Communication Technology ( ICT ), and Digital Banking Effect on Entrepreneur Performance : Evidence from Indonesia Household Survey. 1–21.
Di, I., & Dasar, S. (2021). MENGAJARKAN KETERAMPILAN ABAD 21 4C ( COMMUNICATION , COLLABORATION , CRITICAL THINKING AND PROBLEM SOLVING , CREATIVITY AND INNOVATION ) DI SEKOLAH DASAR. January.
Hidayat, D. B., Muktadir, A. M., & Dharmayana, I. W. (2019). Efektivitas Metode Mendongeng (Storytelling) dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Membaca Siswa (Sebuah Studi Kasus di SDN 55 Bengkulu Selatan). Jurnal Pembelajaran Dan Pengajaran Pendidikan Dasar, 2(2), 120–128. https://doi.org/10.33369/dikdas.v2i2.10582
Laskowski, L. (2006). 10 Days to More Confident Public Speaking:Say Good-Bye to Stage Fright Forever (Hachette B). Warner Books.
Perloff, R. M. (2017). The dynamics of persuasion: Communication and attitudes in the 21st century. In The Dynamics of Persuasion: Communication and Attitudes in the Twenty-First Century. https://doi.org/10.4324/9781315657714
Santoso, H., & Epid, M. (2005). Tentang Wabah Penyakit Menular. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI, 1–44.

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Membangun Empati Pada Keselamatan Lalulintas

Minggu, 26 Maret 2023 | 03:45 WIB

Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (1)

Kamis, 23 Maret 2023 | 07:50 WIB

Duo Plate dalam Pusaran Korupsi BAKTI Kominfo

Rabu, 15 Maret 2023 | 00:32 WIB

Tantangan Besar Erick Thohir

Kamis, 9 Maret 2023 | 15:32 WIB

Mari Kita Ubah, Sebelum Kita Diubah Bangsa Lain!

Kamis, 9 Maret 2023 | 06:46 WIB

Pemilu 2024 Harus Tetap Digelar Tepat Waktu

Selasa, 7 Maret 2023 | 23:09 WIB

Erick Thohir dalam Bayang-bayang Mpu Gandring

Senin, 6 Maret 2023 | 23:43 WIB

Robohnya Pancasila Kami

Selasa, 28 Februari 2023 | 23:55 WIB
X