Yang Penting Tersohor Meskipun Tekor, Fenomena Sekitar Kita

- Selasa, 10 Januari 2023 | 13:11 WIB

JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Bersyukurlah andai Anda bukan bintang film, profesi yang banyak didamba karena duitnya banyak, dan terkenal. Sebab tak semua selebritas, bahkan bintang Hollywood sekalipun, bisa tahan uji menerima ketenaran dan banyaknya duit yang menghampiri sebagai efek dari kesohorannya.
Saat ini lagi viral artis senior Vena Melinda yang mengalami KDRT dari suami keduanya Ferry Irawawan yang juga pernah terkenal sebagai pemain sinetron. Dulu pun keduanya bukanlah artis papan atas yang filmnya pasti menghasilkan duit. Tapi ketenarannya masih belum lekang. Vena bahkan sempat menjadi wakil rakyat di Senayan.
Yang orang banyak tahu Ferry duda cerai karena soal ekonomi. "Penyakit" selebritas yang merasa punya nama dan "terjebak" selera tinggi sehingga banyak pekerjaan lain yang dianggap tak levelnya. Padahal kepiawaian berakting tidak menjamin jago cari duit di pekerjaan lain. Ego inilah yang membuat gap antara dunia fiksi, seolah olah, sebagai artis banyak duit, dan kenyataan tak punya uang.
Jangan heran pernah ada aktor ganteng terkenal rela memgawini perempuan tua tapi kaya. Aktor ini mungkin sekedar cari aman, numpang hidup agar tetap kelihatan berkecukupan. Terbukti setelah isteri sakit-sakitan, dan mungkin hartanya menipis, lantas dicerai.
Fenomena manusia matre macam ini jamak terjadi di masyarakat. Suami stroke dituntut cerai dan isteri kawin lagi. Di Solo jaman dulu banyak suami yang tak bekerja.Tulang punggung utama keluarga adalah isteri yang berdagang batik atau apa saja. Sementara si suami asyik dengan burung piaraan, ayam jago, memancing, motoran, atau hobi lainnya.
Ya, selebritas, pesohor, apakah artis film atau musik, atau pria/wanita yang merasa raganya layak dihargai lebih, kadang terlanjur merasa besar. Padahal banyak juga yang tetap membumi, hidup wajar, diperlakukan wajar. Aktor Slamet Raharjo, Christin Hakim, Kusno Sudjarwadi, tidak alergi naik kendaraan umum. Bahkan saat ke kampungku, kala itu sedang di puncak keterekenalannya, naik becak. Mereka melihat pekerja seni setara dengan profesi apapun. Tak perlu merasa menjadi orang spesial menerima perlakukan khusus.
Sebagian dari kita kata Budayawan Solo, Kandyawan, dalam bincang barusan, percaya pada proverb "golek jeneng dhisik ben entuk jenang" (cari ketenaran lebih dahulu karena duit akan mengikuti).
Ternyata nama gedhe tidak selalu jenange ajeg. Jenange wis entek gusis jaman isih jenenge gedhe. Life within high consumption in debt financial. Orang Jawa bilang urip ngemping kamukten (hidup dengan berhutang kenyamanan di depan). Saat sekarang harus membayar keenakan yang pernah didapat.
Ironisnya semuanya sudah tak bisa dibayar dengan uang. Mereka harus membayar dengan seluruh dirinya sendiri.

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Membangun Empati Pada Keselamatan Lalulintas

Minggu, 26 Maret 2023 | 03:45 WIB

Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (1)

Kamis, 23 Maret 2023 | 07:50 WIB

Duo Plate dalam Pusaran Korupsi BAKTI Kominfo

Rabu, 15 Maret 2023 | 00:32 WIB

Tantangan Besar Erick Thohir

Kamis, 9 Maret 2023 | 15:32 WIB

Mari Kita Ubah, Sebelum Kita Diubah Bangsa Lain!

Kamis, 9 Maret 2023 | 06:46 WIB

Pemilu 2024 Harus Tetap Digelar Tepat Waktu

Selasa, 7 Maret 2023 | 23:09 WIB

Erick Thohir dalam Bayang-bayang Mpu Gandring

Senin, 6 Maret 2023 | 23:43 WIB

Robohnya Pancasila Kami

Selasa, 28 Februari 2023 | 23:55 WIB
X