Oleh Benny Benke.
JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com, - Kiwari publik sempat 'disengat' dengan pernyataan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, yang mengatakan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka bahkan 'tidur saja' bisa menang jika maju di Pilgub 2024 di Jawa Tengah.
Dia menilai putra sulung Presiden Joko Widodo, itu akan jauh lebih kuat jika maju di Pilgub Jateng alih-alih di Jakarta. Karena ada tiga prasyarat utama telah dipenuhi Gibran.
Pertama, Jateng adalah basis kuat PDIP. Kedua, elektabilitas Gibran yang terus menguat sejak jadi Wali Kota Solo. Dan ketiga, endorsement Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jateng yang notabene juga sama-sama dari Kandang Banteng.
Sangat dipercaya berkat edorsement Ganjar, sekitar 65 persen pemilih Jateng yang akan mengikuti jagoan Ganjar di pilgub Jateng.
Ihwal Jateng sebagai kandang Banteng sudah diakui banyak orang. Seorang mantan menteri yang diresufle Jokowi dari partai Hijau mengakui, sangat sulit menghijaukan Jeteng yang kadung Merah.
Bahkan sejumlah wartawan politik senior dari dulu menganalogikan Jateng banyak pemilih "Semangka-nya". Alias luarnya hijau, dalamnya merah. Karena itu, berkat popularitas Gibran dan PDIP di Jateng, serta endorsement Ganjar, bahkan dengan 'tidur saja', anak Presiden Jokowi ini dipastikan dengan mudah melenggang memimpin Jateng.
Ditambah, jauh-jauh hari Ketum Gerindra Prabowo Subianto telah memberikan dukungan kepada Gibran untuk maju dalam Pilgub DKI atau Jateng. Makin lengkap sudah amunisinya.
Kita, dan publik boleh berprasangka dan beropini, aparatur negara, tanpa diperintah Presiden, langsung atau tidak langsung. Tersirat atau tersurat, mengetahui anak Presiden terjun ke dunia politik, alam bawah sadarnya pasti ramai-ramai akan turut menjaga, sebelum memenangkan Gibran.
Tapi sangat dipercaya, bahkan saat aparatur negara tetap berada di posisi netral sekalipun, posisi Gibran sudah sangat kuat di Jateng.
Meski point utama dalam sebuah kompetisi adalah kalah dan menang. Tapi secara matematis, di luar kuasa Tuhan Yang Maha Segala, sangat sulit membendung kekuatan Gibran di Jateng.
Bandingkan dengan posisi AHY yang bertarung Pilkada DKI Jakarta 2017. Posisi AHY boleh populer, tapi tidak dengan Partai Demokrat di DKI Jakarta. Dan dia tentu saja tidak mendapatkan endorsement dari Gubernur DKI Jakarta kala itu, Djarot Saiful Hidayat, yang notabene kader Banteng. Serta yang paling utama, ayahandanya, SBY saat itu, sudah lengser dari kursi Presiden.
Atau bandingkan misalnya jika Puan Maharani maju dalam gelanggang eksekutif. Hitunganya akan berubah 180 derajad, meski Puan adalah 'pemilik syah' partai Banteng.
Tangga Politik Dinasti.
Artikel Terkait
Soekarno Sungkawa
Adab dan Etika Politisi
Kuda Hitam Pilpres 2024.
Keniscayaan untuk Gus Yaqut.
Satria Piningit, Di Mana Kau Berada.
Indonesia dan 100 Tahun NU.
Menimbang Biaya Haji di Indonesia.