Potensi Domba Lokal Lereng Barat Gunung Slamet

- Sabtu, 4 Februari 2023 | 14:19 WIB
 (dok)
(dok)


oleh: Ari Dwi Nurasih, S.Si., M.Biotech

Indonesia memiliki sumber daya genetik ternak lokal yang sangat banyak. Kajian terhadap sumber genetik ternak lokal telah diakui perannya terhadap ketahanan pangan di masa sekarang dan mendatang. Ternak lokal seperti domba menjamin keberlangsungan sebuah ekosistem yang di dalamnya terdapat komponen yang saling berkaitan. Keberadaan ternak lokal yang sudah eksis dari dahulu juga terikat dengan tradisi dan warisan budaya pemeliharaan. Namun pada akhir-akhir ini ancaman penurunan produktivitas semakin nyata dikarenakan teknologi yang konservatif dan anomali iklim yang tidak terprediksi. Sehingga sangat diperlukan pengembangan strategi baru yang dapat meningkatkan produktivitas ternak lokal dan memastikan ternak dalam kondisi lestari.

Keberadaan ternak pada suatu wilayah bersifat dinamis, sehingga jika tidak dikembangkan dengan baik keberadaaan ternak lokal seperti domba akan terancam bahkan bisa saja punah. Domba lokal adalah domba asli Indonesia yang dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan iklim, tahan terhadap penyakit, dapat bertahan hidup dengan pakan berkualitas rendah, serta memiliki gen khas yang menjadi ciri khusus. Domba lokal sebagai plasma nutfah harus dilestarikan dan dikembangkan untuk meningkatkan populasi dan produktivitas. Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran terhadap pentingnya memiliki kekayaan sumber daya genetik ternak lokal semakin meningkat, hal ini diikuti semakin banyaknya pengusulan rumpun-rumpun baru ternak lokal dari berbagai daerah.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 pasal 1 ayat 13 Tahun 2011, yang dimaksud dengan rumpun ternak adalah segolongan ternak dari suatu jenis yang mempunyai ciri fenotip yang khas dan ciri tersebut dapat diwariskan pada keturunannya. Secara umum, perbedaan suatu rumpun dapat mempengaruhi produktivitas suatu domba yang dibudidayakan. Hasil produk akhir berupa daging yang dikonsumsi, masih menjadi tujuan utama pertimbangan pemilihan jenis atau rumpun domba yang dibudidayakan oleh peternak. Selain pertimbangan rumpun, pola warna bulu seekor domba juga masih menjadi salah satu faktor yang diperhatikan oleh peternak dalam proses seleksi domba. Pola warna bulu merupakan sifat kualitatif yang ekspresinya dikontrol oleh suatu gen yang dapat digunakan sebagai penciri bangsa domba. Pola warna bulu yang sering dijumpai pada domba yaitu putih, hitam, coklat, dan kombinasi. Kedua poin tersebut, yaitu rumpun dan pola warna bulu, pada umumnya sering dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan domba oleh peternak dalam proses seleksi.

Domba Sakub merupakan domba lokal yang berkembang di sekitar lereng barat Gunung Slamet. Masyarakat lokal sudah mengetahui dan memanfaatkan domba sakub sebagai sumber mata pencaharian utama, namun masyarakat luas masih banyak yang belum mengetahui tentang domba tersebut karena penelitian maupun penulisan artikel mengenai domba Sakub masih belum banyak dilakukan. Rumpun domba Sakub baru ditetapkan oleh Kementan dalam Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 882/KPTS/PK.010/M/12/2022. Bangsa domba lokal dikelompokkan dan diperikan berdasarkan daerah, disertai petunjuk mengenai produktivitas dan daerah asal. Tujuannya untuk memberi pemerian bangsa domba lokal, terutama yang mampu memberikan sumbangan genetika yang khusus bagi peningkatan produksi domba di Indonesia.
Populasi domba sakub mencapai 16.484 ekor yang tersebar di kecamatan Paguyangan, Sirampog, Bumiayu dan Tonjong. Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Brebes, drh. Ismu Subroto, M.Si. domba Sakub merupakan hasil silangan domba jenis texel, sulfok, merino dan domba lokal sehingga memiliki keunggulan berbadan jumbo. Nilai jual domba ini juga sangat menjanjikan. Selain dagingnya yang dimanfaatkan untuk sate dan gulai, kotorannya dapat dijadikan pupuk organik dan bulunya dapat dijadikan bahan kerajinan tangan.

Pengembangan peternakan di suatu wilayah tidak terlepas dari potensi wilayah tersebut. Letak geografis suatu daerah seringkali dapat menggambarkan kondisi sumber daya alam yang biasanya mempengaruhi pola pemeliharaan di daerah tersebut. Untuk mengetahui potensi satu wilayah perlu dilakukan identifikasi sumber daya genetik yang bisa dilakukan dengan mengetahui keragaman fenotipik dari ternak lokal tersebut.

Domba Sakub memiliki potensi untuk dijadikan sebagai sumberdaya genetik ternak lokal. Pengenalan dan pemanfaatan secara efisien sumber daya genetik domba sangat berharga dalam proses pemuliaan. Oleh karena itu perlu dilakukan karakterisasi untuk mengidentifikasi sifat-sifat penting domba yang merupakan ciri khas dari domba tersebut. Karakterisasi penting dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Tujuan dari karakterisasi adalah mendapatkan ciri morfologi dari ternak sehingga dapat dibedakan dengan ternak daerah lain.

Karakterisasi fenotipik ternak dapat dilakukan dengan mengamati karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter kualitatif adalah sifat yang tampak dan dapat diamati secara langsung seperti warna bulu, bentuk telinga dan tanduk. Karakter kuantitatif adalah sifat yang diperoleh melalui pengukuran dan penimbangan ternak seperti bobot badan.

Karakter kualitatif yang diamati pada domba Sakub adalah domba ini memiliki warna cokelat, putih dan kombinasi cokelat dan putih; memiliki ekor yang cenderung gemuk; bentuk kepala dominan cembung serta beberapa memiliki tanduk. Domba jantan memiliki bobot badan rata-rata 45 – 70 kg; lebar dada sekitar 80cm; panjang badan 65cm dan tinggi badan 67cm. Sedangkan domba betina memiliki bobor badan rata-rata 40 – 60 kg; lebar dada sekitar 78cm; panjang badan 63cm dan tinggi badan 65cm.

Keragaman fenotipik individu ternak domba ditentukan olehfaktor genetik dan lingkungan. Keragaman dalamsuatu populasi penting untuk menentukan kebijakan pemuliaan pada wilayah dimana populasi berada. Keragaman genetik dapat diteliti melalui pengamatan terhadap keragaman fenotipik sifat-sifat kuantitatif melalui analisis morfometrik. Pengelompokan ternak berdasarkan sifat kuantitatif sangat membantu dalam memberikan deskripsi tentang ternak, khususnya untuk evaluasi bangsabangsa ternak. Ukuran-ukuran tubuh berguna untuk menentukan asal-usul dan hubungan filogenetik. Usaha-usaha identifikasi dan karakterisasi jenis-jenis ternak lokal termasuk jenis/rumpun domba lokal masih dianggap penting karena disamping berguna untuk keperluan koleksi plasma nutfah Indonesia, juga berguna dalam membantu program pemuliaan dan pengembangannya.

Di banyak negara tropis termasuk Indonesia, walaupun domba cukup banyak jumlahnya, hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada perhatian yang dicurahkan untuk mengatur pemuliaan atau menyeleksi kinerjanya. Bangsa domba lokal lebih banyak berkembang melalui isolasi genetik dan seleksi alam dari pada melalui campur tangan manusia. Sebagian besar bangsa domba lokal itu belum pernah diperikan secara tepat atau diperikan secara sepintas saja, tanpa data yang menyangkut aspek penting produksinya misalnya karakteristik fenotipik, produksi susu, produksi cempe, laju pertumbuhan, dan musim reproduksinya. Ada resiko punahnya bangsa domba lokal karena pembiakkan yang tidak terkendali, silang dalam yang tinggi dalam populasi, serta perkawinan silang yang sembarangan.(*)

 

 

Ari Dwi Nurasih, S.Si., M.Biotech

Dosen Fakultas Peternakan-Universitas Jenderal Soedirman

Halaman:

Editor: Arif Muhammad Iqbal

Tags

Terkini

Membangun Empati Pada Keselamatan Lalulintas

Minggu, 26 Maret 2023 | 03:45 WIB

Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (1)

Kamis, 23 Maret 2023 | 07:50 WIB

Duo Plate dalam Pusaran Korupsi BAKTI Kominfo

Rabu, 15 Maret 2023 | 00:32 WIB

Tantangan Besar Erick Thohir

Kamis, 9 Maret 2023 | 15:32 WIB

Mari Kita Ubah, Sebelum Kita Diubah Bangsa Lain!

Kamis, 9 Maret 2023 | 06:46 WIB

Pemilu 2024 Harus Tetap Digelar Tepat Waktu

Selasa, 7 Maret 2023 | 23:09 WIB

Erick Thohir dalam Bayang-bayang Mpu Gandring

Senin, 6 Maret 2023 | 23:43 WIB

Robohnya Pancasila Kami

Selasa, 28 Februari 2023 | 23:55 WIB
X