CIMAHI, suaramerdeka-jakarta.com - Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Saryadi menegaskan bahwa terbentuknya Centre of Excellence (CoE) dapat menghadirkan insan yang kompeten dan kecakapan berstandar industri. Hal tersebut bisa menjadi jalan untuk link and match antara pendidikan vokasi dengan industri.
Untuk memperkuat kerja sama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) Kemendikbudristek dengan Kedutaan Prancis, Indonesia mendapat perhatian khusus dari Schneider Electric Global dengan program CoE melalui acara Country Visit Indonesia France Education Partnership pada Selasa (24/3).
Kegiatan kerja sama ini ditandai dengan kunjungan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Saryadi, serta Eksekutif Schneider Electric Global yaitu Gwenaelle Avice Huet dan Roberto Rossi di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI) sebagai tempat fasilitas Centre of Excellence, Cimahi.
"Saya berharap bahwa kerja sama ini dapat meningkatkan komitmen semua pihak yang terlibat untuk memajukan pendidikan vokasi," tegasnya.
Saryadi menyampaikan bahwa CoE merupakan bentuk dari kemitraan yang kuat dan solid antara Indonesia dan Prancis. "CoE ini menjadi gerbang untuk mendukung agenda nasional Making Indonesia 4.0," ujarnya.
CoE merupakan program bantuan dari industri untuk peningkatan mutu dan upskilling siswa dan guru. Pembangunan CoE di BBPPMPV BMTI ini sudah sejak tahun 2017 dan kini menjadi investasi terbesar yang diberikan oleh Schneider Electric Global dalam peningkatan pendidikan vokasi di Indonesia untuk kelistrikan, otomasi industri, dan energi terbarukan.
Dalam penerapan program, pengembangan profesional dipimpin oleh seorang ahli Perancis. Sedangkan untuk kurikulum, diselaraskan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan Prancis dan Kemendikbudristek sudah menjalin kerja sama di bidang pendidikan selama lebih dari 50 tahun. Kerja sama yang terjalin dalam kurun waktu tersebut membawa dampak positif yang luar biasa.
Salah satunya diwujudkan melalui kemitraan dengan Schneider Electric yang berinvestasi pada pendidikan vokasi di Indonesia sejak enam tahun lalu. Kerja sama kolektif ini telah merevitalisasi 184 perangkat pelatihan laboratorium sekolah menengah kejuruan (SMK).
"Hasil revitalisasi tersebut berdampak pada 24.800 siswa, 402 guru, dan teknisi yang kini sudah terlatih," tuturnya.
Dalam paparannya, perwakilan dari Schneider Electric Group, Gwenaelle mengatakan bahwa pihaknya telah berinvestasi training kit senilai Rp10 miliar pada fasilitas Center of Excellence di Cimahi yang digunakan untuk membiayai training kit 40 SMK.
"Schneider Electric Global berambisi untuk melatih 1 juta pemuda dalam manajemen energi, otomasi, dan semua soft skills yang relevan untuk mengatasi tantangan di masa depan dan Indonesia adalah CoE terbesar yang kami investasikan dari 11 CoE di dunia," jelas Gwenaelle dalam sambutannya.
Sejalan dengan hal tersebut, Kedutaan Prancis turut mendukung CoE secara penuh. Stephane Dovart selaku Konselor Kedutaan Prancis mengatakan bahwa Indonesia memiliki kekuatan dalam bidang industri dan ekonomi.
Apalagi dengan jumlah SMK yang cukup banyak, sekitar 14.000. "Hal itu menandakan sumber daya manusia Indonesia yang banyak dan dapat dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kualitasnya," ungkap Stephane.