Kurnia Setiawan: (dulu) Dosen Doyan Demonstrasi (kini) lagi-lagi Dekan

- Jumat, 22 Juli 2022 | 18:07 WIB
Dekan FRSD Untar, Kurnia Setiawan (Budi Nugraha)
Dekan FRSD Untar, Kurnia Setiawan (Budi Nugraha)

Oleh Algooth Putranto

18 Juli 2022, Kurnia Setiawan yang menapak usia jelang setengah abad, untuk kali kedua kembali dipercaya sebagai Dekan Fasultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Tarumanagara (Untar), Jakarta.

Jabatan bukan hal baru, dia sudah pernah menjadi Pembantu Dekan I dan Pembantu Dekan II. Pernah pula dia dipercaya sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pengabdian Masyarakat (WR III) Untar.  

Sehari sebelumnya, 17 Juli 2021, dia jadi pembicara 'Ngobrol Bareng legislator' bersamanya hadir Idham Samawi (Anggota Komisi I DPR), Koeswanto (Ketua Komisi D, DPRD Yogyakarta) dan Samuel Abrijani Pangerapan, Dirjen Aptika Kominfo.

Oleh panitia kegiatan, Kurnia diminta memaparkan tentang ‘Ular Tangga Pancasila’ kajian praksis yang telah ditekuni, diteliti sekaligus memberinya gelar Doktor Ilmu Komunikasi dari Pascasarjana Universitas Sahid.

Kesibukan sepertinya sudah mendarah daging bagi anak ketiga dari empat bersaudara tersebut. Sejak masa kuliah, Kurnia terlatih bekerja keras menyeimbangkan diri antara kesibukan menuntut ilmu dan mencari rejeki.

“Mama saya sudah pesan: Kalau mau kuliah desain terserah, tapi cuma dibayarin masuk kuliahnya. Jadi ya saya harus mandiri. Kakak-kakak saya, perempuan semua mandiri. Jadi saya sejak semester 1 sudah coba cari pekerjaan. Jadi guru les anak SD, guru gambar anak SMP, kerja di toko material,” tuturnya kepada SM.

Usai lulus dari SMA Santa Theresia, Jakarta pada tahun 1992, Kurnia kemudian diterima di FSRD, Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual, Universitas Trisakti. Sebelumnya, Mutiara, salah satu kakak Kurnia sudah menempuh kuliah di Prodi Desain Interior, Universitas Trisakti.

Sejak SMP dan SMA, Kurnia sering nongkrong dan menginap di rumah teman-temannya. Bahkan dalam seminggu bisa 2-3 hari tidak pulang ke rumah meski begitu dia cemerlang di pelajaran Matematika sehingga kerap dimintai mengajari kawan-kawannya. Untuk itu dia kerap diledek: ‘Pak Dosen’

Sebagai anak baru kuliah, Kurnia tak bisa menikmati masa bahagia usai berpenat menyerap ilmu. Nongkrong bersama rekan-rekan atau terlibat berorganisasi tak bisa dilakukan. Justru jungkir balik mencari tambahan rejeki mesti dijalani.

Demi memberi les matematika anak SD, Kurnia bahkan harus menempuh perjalanan dari rumahnya di wilayah Kota ke Kebon Jeruk menggunakan kendaraan umum. Ataupun menjaga toko material milik orang tua teman Kurnia di Glodok.

“Orangnya cuma bilang: Kalau kamu ga kuliah, kamu jaga toko. Nanti digaji. Nah buat saya kan terima kasih. Jadi saya berusaha dedikasi, makanya saya ga ikut organisasi. Kenapa? Orang ini sudah mau bantu kasi uang dengan saya jaga toko. Dan jaga toko itu untuk bantu saya!” tuturnya.

Di toko itu pekerjaan Kurnia bervariasi. Mulai dari menghitung staples sampai dilatih menjajakan mesin ke Kota. Mulai menjalankan pekerjaan fisik, melayani pelanggan, termasuk pembukuan dan gudang. Sehingga Kurnia sadar, ayah dari sahabatnya itu tidak sekadar membantu tetapi ingin mendidiknya.

Memasuki semester 3, Kurnia yang mulai jago mendesain, bekerja sebagai desainer dan fotografer part time lalu sejak semester 5, dia dipercaya sebagai asisten dosen sehingga mendapatkan honor yang lumayan untuk membayar kuliah. Hal yang dia sebut pendapatan dari kedua hal itu sudah amat mewah.

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Sumber: Wawancara

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X