BALI, suaramerdeka-jakarta.com - Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) bukanlah tujuan utama dalam Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) dan bukan pula hanya euforia semata. Namun, kegiatan-kegiatan berbentuk festival atau lomba dipandang mempunyai daya tarik tersendiri bagi generasi muda saat ini.
"Oleh karena itu, kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah kami ramu dalam bentuk festival atau lomba. Festival atau lomba ini biasa juga disebut pasanggiri," ujar Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan bahasa dan sastra, Imam Budi Utomo.
Imam menambahkan, perlu kolaborasi dan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra daerah sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah.
"Sedangkan pemerintah pusat memiliki kewajiban untuk melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia," tambahnya.
Dia sangat mengapresiasi pelaksanaan kegiatan FTBI di Bali, dan berharap para peserta akan terus berkarya dan menjadi generasi muda yang mencintai budaya leluhur.
"Jangan gengsi berbahasa daerah, kalian adalah ujung tombak yang akan menjaga bahasa ini. Selagi masih ada cinta berbahasa dalam hati kalian, bahasa ini tidak akan punah," harapnya.
Risma peraih Juara 1 Lomba Nutur Tiktok turut mengapresiasi perlombaan ini. Ia berharap kegiatan ini akan terus berlangsung di masa mendatang dengan suasana yang lebih meriah.
Ia juga memotivasi generasi muda untuk terus berkarya, dan membuat konten-konten kreatif dalam bahasa Bali.
"Saya sangat senang karena tidak menyangka akan menjadi juara, generasi muda harus terus berkarya dan cinta dengan bahasa sendiri. Kalau bukan kita siapa lagi yang menjaga," kata siswi SMP Negeri 2 Amlapura, Kabupaten Karangasem ini sembari tersenyum.
Ia pun berharap perlombaan ini akan terus berlangsung, mungkin bisa dengan hadiah yang lebih besar.***