JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Kepala SMK PGRI 1 Mejayan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Sampun Hadam mengatakan bahwa program sekolah menengah kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK) sangat selaras dengan kondisi pertumbuhan sosial ekonomi Indonesia.
Salah satunya adalah adanya bonus demografi yang belum sebanding dengan lulusan SMK. Dengan konsep itu, lulusan tahun 2022 berhasil terserap ke industri nasional hingga internasional.
"Sebanyak 71 orang lulusan kami ke Jepang 3 bulan setelah mereka lulus, lalu 22 siswa menjadi percontohan untuk program fast track bersama PT industri Kereta Api (INKA)," kata Sampun Hadam.
Pada Maret tahun ini, lanjut Sampun, 16 siswa diterima di Jepang meski mereka belum lulus. Kemudian, enam orang siswa kelas 12 diterima di Telkom.
"Dua orang masing-masing ditempatkan di Telkom Semarang, Telkom Solo, dan Telkom Jogja. Selain itu, 9 orang siswa kami menjadi staf BIN," tuturnya.
Selain itu, program teaching factory pada 2021 yang dilakukan SMK PGRI 1 Mejayan bersama PT INKA Group telah berhasil meraup nilai transaksi sebesar Rp3,8 miliar. Kemudian pada 2022, transaksi meningkat menjadi Rp5,2 miliar dan tahun ini targetnya adalah Rp8,6 miliar.
"Bersama INKA kami tidak hanya diajarkan bagaimana mengelola sekolah, tetapi kami juga dilatih untuk membuat badan usaha," terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala SMKN 2 Padang, Kota Padang, Sumatra Barat, Rusmadi, bercerita mengenai kedua kalinya menjalankan SMK PK dengan skema pemadanan dana bersama dunia usaha dan industri.
"Pelaksananya dilakukan dengan SMK di sekitar, yakni SMK 4 dan SMK 8 Kota Padang. Mereka menyuplai pakaian jadi berupa seragam batik, lalu kami yang melakukan pemasarannya secara online," ujar Rusmadi.
Di sini, siswa kami beri kesempatan untuk berkolaborasi dengan dunia usaha, dunia industri (DUDI) mengaplikasikan ilmunya. "Dengan ketautsesuaian (link and match), kata Rusmadi, lulusan kami akan lebih cepat terserap di dunia usaha dan industri maupun berwirausaha sesuai target SMK PK," terangnya.
Direktur Keuangan, SDM, dan Manajemen Risiko dan Manrisk, PT INKA Multi Solusi (IMS), Heru Sulistiyo menjelaskan bahwa banyak manfaat yang bisa diambil dari kerja sama dengan para pemangku kepentingan dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Pihaknya menggandeng para pemangku kepentingan seperti SMK, perguruan tinggi, balai, maupun DUDI dalam mengelola berbagai aktivitas mulai dari pelatihan hingga sertifikasi.
Manfaat yang ia rasakan adalah tersedianya tenaga kerja terampil yang mendukung INKA. Kemudian, ada peningkatan kualitas SDM.
Pada 2021-2022 pihaknya melakukan transaksi dengan UMKM senilai Rp115 miliar dan akan terus ditingkatkan tahun ini. Manfaat lain yaitu memperbesar peluang ekspor karena produk UMKM sudah berstandar industri.