Layanan Next Big Thing Mesti Terus Disempurnakan, Biar Tak Jadi Tamu di Kandang

- Selasa, 31 Januari 2023 | 13:56 WIB

jakarta.suaramerdeka.com - Senior Consultant Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Dicky Wizanajani mengingatkan bahwa Indonesia tak bisa terus menjadi sasaran empuk pasar layanan teknologi dan digital, sehingga perlu merintis layanan sendiri agar tak jadi tamu di negeri sendiri.

Hal itu terkait dengan sejumlah Next Big Thing services di Indonesia saat ini yang merupakan bagian dari tuntutan zaman yang harus digarap, tapi harus terus dioptimalkan ke depannya.

Layanan bisnis yang telah eksis dan bersiap menjemput masa depan tersebut oleh PT Telkom melalui layanan Metaversenya melalui Metanesia, Internet of Thing (Antares Telkom dan Logee), Big Data (BigBox), hingga Machine Learning (Netmonk).

“Dalam dunia IT, akan selalu ada hal-hal baru yang perlu dipertimbangkan untuk dicoba, kalau lagi hit maka bisa untung besar. Tapi sebaliknya bila takut gagal, tidak mencoba menjajaki inovasi-inovasi tersebut, kita akan terus jadi tamu di negeri sendiri,” jelasnya dalam keterangannya Selasa (31/1/2022).

DickyBaca Juga: Tips Manajemen Keuangan agar Makin Cuan di 2023 ala Tokopedia 

Sebagai agen pembangunan, kata Dicky Wizanajani, BUMN seperti Telkom memiliki keniscayaan menggarap Next Big Thing. Hanya saja, sebagai entitas bisnis, tentu tak sekedar mengikuti tren namun harus diolah sebaik mungkin agar jadi pilihan utama konsumen yang nantinya memberikan profit.

“Ini adalah inovasi-inovasi terbaru yang harus disambut walau untuk generasi Z sekali pun banyak yang belum terbayang model bisnisnya. Menjadi ujung tombak transformasi digital Indonesia harus dilakukan agar Indonesia tidak ketinggalan gerbong,” katanya.

Metanesia sendiri akan membahas potensi bisnis tersebut pada Selasa (31/3) malam dengan menghadirkan pembicara seperti Andrew Tarigan (Senior Product Manager Metanesia) dan Payoma Kusuma (Product Manager Metanesia) di Town Hall Metanesia di Main Hall NFT Galeri Metanesia.

Baca Juga: Tak Lagi Bermain di Eropa, Witan Sulaeman Kini Berlabuh ke Persija Jakarta

Vice President Startup Bandung, Nur Islami Javad mengatakan, sejauh ini dirinya menilai Metanesia Telkom sudah memimpin pasar dari sisi produk. Akan tetapi, secara bisnis hal ini belum cukup karena belum terlibat di banyak proyek global metaverse.

“Entah siapa yang akan jadi semacam Gojek-nya dalam metaverse di Indonesia, tapi saya kira Metanesia harus terlibat dengan proyek-proyek bisnis metaverse global agar cashflow nutup. Kalau hanya fokus di produk akan sulit, sehingga nantinya layanan tidak bisa jadi mass services,” katanya.

Salah satu startup kecil di Bandung misalnya yang juga menggarap metaverse, bisa bertahan sampai sekarang bukan dari penggunan ritel dalam negeri. Tapi karena terlibat Metacost Collabs secara global, sehingga arus kas perusahaan lancar.

Baca Juga: Sinergi Cegah Stunting dengan Penuhi Nutrisi Berkualitas Anak Secara Tepat

“Kemudian ada juga komunitas Gajah Crypto sendiri, ini juga kemarin terlibat kolaborasi project global di Bali September lalu yang dihadiri 1.400 audience dari 52 negara. Ini akan membuat inovasi jalan tapi disertai nafasnya yang lebih panjang,” katanya.

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

5G di Garis Terdepan Perubahan

Rabu, 26 Oktober 2022 | 08:52 WIB

Pakar Udinus Nilai Bjorka Cuma Hacker Lokal

Senin, 12 September 2022 | 11:28 WIB
X